Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan cara mitigasi bencana di Jepang bisa ditiru dalam penanganan bencana Gunung Merapi, terutama di masa pandemi virus corona saat ini.
“(Pengungsi) dikelompokkan per keluarga, berjarak. Kalau gedung pengungsian masih kurang karena daya tampung dibatasi, bisa pakai gedung sekolah karena sekolah masih daring,” ujar Ganjar saat mengunjungi lokasi pengungsian pada Jumat (6/11).
Ganjar mengecek kondisi para pengungsi dan persediaan bantuan logistik di Klaten, Boyolali dan Magelang.
“Kenapa ini menjadi penting, karena selama pandemi ini mesti kita jaga betul menata area pengungsian. Harus berjarak,” imbuh Ganjar
Tiga daerah di Jawa Tengah menjadi fokus penanganan bencana, yaitu Kabupaten Boyolali, Klaten, dan Magelang, karena berada di wilayah terdampak erupsi Gunung Merapi.
Dari data sementara, ada hampir 1.000 warga dari Klaten dan Magelang, yang sudah mengungsi ke sejumlah lokasi pengungsian. Mereka yang prioritas untuk diungsikan antara lain warga lansia, ibu hamil, balita, dan anak-anak.
Warga di lokasi pengungsian wajib menjalani tes cepat (rapid test) untuk menghindari penyebaran infeksi Covid-19 yang disebabkan oleh virus corona tersebut.
Hasil tes cepat menunjukkan sembilan warga dari Magelang reaktif. Tiga di antaranya langsung dirawat di rumah sakit. Saat ini, ketiganya masih menunggu hasil tes usap (swab test) PCR.
Protokol Kesehatan Relawan
Ketua PMI Solo, Sumartono Hadinoto, Senin (9/11) menjelaskan Standar Operasi Prosedur (SOP) penanganan bencana sudah dibenahi karena harus menghadapi dua bencana, yaitu bencana alam erupsi Gunung Merapi dan non-alam, yaitu Covid-19.
Misalnya, papar Sumartono, para relawan yang dikerahkan ke lokasi pengungsian dipilih hanya yang benar-benar sesuai kebutuhan dan keahlian di lapangan. Para relawan wajib membawa surat sehat atau hasil rapid test. Mereka juga dibekali masker, penyanitasi tangan, sabun dan vitamin.
"Yang penting protokol kesehatan. Cara memasak di dapur umum sekarang berbeda dengan sebelumnya memasak bias. Jaga jarak (antara) relawan bertugas di tenda, daya tampung barak pengungsian, sanitasi, kendaraan,” ujar Sumartono.
Sebagaimana diketahui, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) di Yogyakarta secara resmi menaikkan status Gunung Merapi dari level Waspada ke Siaga, berdasarkan peningkatan secara signifikan aktivitas vulkanik secara signifikan, antara lain gempa Dan keluarnya asap dan material vulkanik.
BPPTKG juga memperingkatkan potensi guguran lava, lontaran material hingga awan panas vulkanik sejauh lima kilometer.
Your browser doesn’t support HTML5
Untuk mengantisipasi lahar dingin, pemerintah kabupaten (pemkab) Boyolali, Klaten, dan Magelang diminta menghentikan aktivitas penambangan pasir dan batu di sejumlah sungai jalur lahar dingin Gunung Merapi. Mereka juga diminta memeriksa kesiapan jalur evakuasi dan penutupan kawasan wisata di lereng gunung tersebut. [ys/ft]