Wakil Presiden Amerika Mike Pence hari Senin (14/8) bertemu dengan para pengungsi yang melarikan diri dari kekacauan di Venezuela di sebuah gereja di Cartagena, Kolombia.
"Presiden Trump mengirim saya ke sini dengan sebuah pesan belas kasih untuk keluarga-keluarga yang melarikan diri dari Venezuela," kata Pence kepada wartawan. "Kami bersama mereka, kami berdiri bersama mereka untuk memulihkan demokrasi di Venezuela."
Karena rak-rak toko kosong dan bahan pokok sulit diperoleh, banyak orang Venezuela menyeberang ke Brazilia dan Kolombia untuk membeli makanan.
Sebagian dari mereka tidak kembali.
Pence mengulangi apa yang dia katakan kepada Presiden Kolombia Juan Manuel Santos - bahwa Amerika "tidak akan berpangku tangan ketika Venezuela terperosok ke dalam kediktatoran. Kami tidak akan diam saja kalau Venezuela jatuh."
Pence tidak membicarakan ancaman Trump untuk menggunakan kekuatan militer untuk membantu memulihkan demokrasi di Venezuela. Tapi dia mengatakan "negara yang gagal di Venezuela mengancam keamanan dan kemakmuran masyarakat di belahan bumi ini dan rakyat Amerika."
Santos mengatakan kepada Pence bahwa tidak ada negara Amerika Latin yang akan menerima segala bentuk intervensi militer Amerika di Venezuela dan hal itu seharusnya jangan pernah dipertimbangkan.
Mengingat lebih dari satu abad aksi militer Amerika di seluruh benua Amerika, Santos mengatakan bahwa tidak ada pemimpin Amerika Latin yang menginginkan "hal buruk itu" muncul kembali.
Presiden Venezuela Nicolas Maduro telah memerintahkan latihan militer akhir bulan ini sebagai reaksi atas ancaman Trump, walaupun intervensi militer Amerika sangat tidak mungkin terjadi.
Maduro juga menawarkan untuk berbicara dengan Trump melalui telepon untuk memberi tahu presiden Amerika itu bahwa "semua yang mereka katakan tentang Venezuela adalah bohong dan mereka berusaha menjatuhkan Anda ke dalam parit."
Dia menyebut kunjungan Pence sebagai tanda keputusasaan kekuatan imperialis.
Maduro menyalahkan bencana ekonomi Venezuela, kekerasan, dan keresahan politik disebabkan oleh Amerika serta dukungannya di kalangan oposisi, yang menimbulkan dugaan bahwa Amerika ingin menguasai minyak Venezuela.
Pence akan berada di Argentina hari Selasa (15/8) untuk mengadakan pembicaraan dengan Presiden Mauricio Macri, dan kemudian akan berkunjung ke Chile dan Panama.
Kunjungan tersebut tidak hanya berfokus pada pemberian dukungan untuk demokrasi di Venezuela, tetapi juga memperkuat hubungan dagang dan hubungan antar negara. [sp/ii]