Seorang pendukung Presiden Brazil Jair Bolsonaro yang berhaluan ekstrem kanan menikam hingga tewas seorang simpatisan mantan Presiden Luiz Inacio Lula da Silva yang berhaluan kiri, kata pihak berwenang hari Jumat (9/9). Peristiwa itu menjadi contoh terbaru peningkatan ketegangan menjelang pemilihan umum.
Aksi kekerasan itu terjadi di negara bagian Mato Grosso, setelah amarah memuncak dalam sebuah perdebatan tentang dukungan bagi kedua kandidat. Dalam sebuah jajak pendapat, dukungan bagi Lula lebih tinggi daripada Bolsonaro dalam sebuah pemilu yang amat terpolarisasi.
Menurut laporan polisi tentang peristiwa itu, Rafael Silva de Oliveira, 24 tahun, membunuh Benedito Cardoso dos Santos, 42 tahun, dengan menikamnya menggunakan pisau. Pelaku langsung dibawa ke kantor polisi, di mana ia kemudian mengaku dan didakwa.
Kepada wartawan di Rio de Janeiro hari Jumat, Lula menanggapi peristiwa itu dengan mengatakan bahwa terdapat “iklim kebencian dalam proses pemilu ini, yang sungguh tidak normal.” Lula juga menyarankan agar penegak hukum menyelidiki apakah peristiwa tersebut “diperintahkan atau diarahkan [pihak lain], atau apabila peristiwa itu sebuah strategi politik.” Ia tidak memberikan bukti apapun untuk mendukung dugaannya akan serangan yang direncanakan.
Dalam sebuah pernyataan, Juanita Geobertus Estrada, direktur Americas for Human Rights Watch, mengatakan “semua kandidat harus dengan penuh semangat mengutuk” pembunuhan Cardoso dos Santos. Ia mengatakan, “Warga Brazil berhak atas pemilu yang damai dan harus bisa terlibat dalam diskusi politik tanpa takut menerima aksi kekerasan atau balas dendam akibat pandangan mereka.”
Kantor Kepresidenan Brazil tidak segera merespons permohonan tanggapan.
BACA JUGA: Kampanye Kepresidenan di Brazil Dimulai di Tengah Kekhawatiran KekerasanBulan Juli lalu, insiden serupa terjadi ketika seorang pejabat setempat dari Partai Pekerja, partai oposisi tempat Lula bernaung, ditembak mati oleh seorang sipir penjara federal sambil meneriakkan dukungannya bagi Bolsonaro.
Pada hari Jumat (9/9), seorang simpatisan Bolsonaro mengalami luka di kepala setelah mengaku diserang oleh pendukung Partai Pekerja yang tengah menunggu Lula tiba di sebuah acara umat Katolik Injili di Kota Sao Goncalo, di negara bagian Rio de Janeiro.
Bolsonaro, yang telah lama mencerca Lula dan sekutu kirinya, telah melontarkan gagasan untuk tidak menerima kekalahan pemilu, mengutip kalim tidak berdasar tentang kecurangan pemilu dan masalah dengan sistem pemungutan suara elektronik yang dihormati di Brazil. [rd/pp]