Setelah penelitian selama satu dekade, para ilmuwan menemukan cara baru untuk memproduksi obat anti malaria, artemisinin, murah secara massal.
WASHINGTON, DC —
Setiap kali melakukan perjalanan ke Afrika, Jack Newman mengatakan, ia membawa sendiri persediaan artemisinin.
"Saya selalu menyimpannya di saku belakang saya jika seandainya saya tertular malaria. Dalam tiga hari bisa sembuh," ujarnya.
Peneliti Amerika ini berharap orang lain yang tertular penyakit parasit tersebut juga segera mendapat pengobatan dengan mudah.
Newman adalah salah seorang pendiri Amyris, perusahaan bioteknologi Amerika yang bekerja sama dengan peneliti Universitas California di Berkeley dan Dewan Riset Nasional Kanada, mengembangkan cara untuk membuat artemisinin versi sintetis dalam jumlah besar. Obat ini menyembuhkan penyakit malaria hanya dalam tiga hari tanpa komplikasi.
Artemisinin adalah senyawa yang sebelumnya hanya berasal dari wormwood, tumbuhan herba kuno yang rasanya pahit. Artemisinin manjur hingga 95 persen dalam menyembuhkan penyakit malaria tanpa komplikasi, tetapi karena berasal dari tanaman, pasokan artemisinin sering kurang dan harganya mahal.
Newman dan para sejawatnya menemukan cara untuk membuat pasokan artemisinin tanpa batas dengan menggunakan teknik yang menggabungkan bioteknologi dan proses fermentasi ragi yang sederhana.
Mereka mengambil DNA tanaman wormwood dan memasukkannya ke dalam sel-sel ragi.
"Proses fermentasi besar seperti fermentasi bir. tetapi bukan membuat bir. Kami membuat obat anti-malaria. Kami bisa melakukannya dalam jumlah ratusan ribu galon dan, tentu saja, membuatnya dengan cara industri, sama dengan cara kita membuat penisilin, sangat, sangat murah," papar Newman.
Proses ini menghasilkan senyawa perintis artemisinin, yang digunakan untuk memproduksi obat itu.
Inovasi ini sebagian besar didukung oleh hibah sebesar 53,3 juta dolar dari Yayasan Bill dan Melinda Gates untuk bagian pengembangan obat PATH, sebuah kelompok nirlaba internasional yang telah memimpin upaya memberantas malaria dan penyakit lainnya. PATH membantu memindahkan penelitian artemisinin dari laboratorium UC Berkeley ke Amyris untuk skala lebih besar, dan kemudian ke perusahaan farmasi Sanofi Pasteur untuk memproduksi artemisinin berbahan dasar ragi. Perusahaan itu akan mendistribusikan obat tersebut tanpa biaya.
Sanofi juga berencana akan berbagi resep obat itu dengan perusahaan farmasi lain, sehingga mereka juga dapat menggunakan teknologi tersebut untuk memproduksi dan mendistribusikannya "tanpa ada keuntungan, tanpa ada kerugian," demikian menurut Jack Newman.
Artikel penelitian ini dimuat dalam jurnal Nature.
"Saya selalu menyimpannya di saku belakang saya jika seandainya saya tertular malaria. Dalam tiga hari bisa sembuh," ujarnya.
Peneliti Amerika ini berharap orang lain yang tertular penyakit parasit tersebut juga segera mendapat pengobatan dengan mudah.
Newman adalah salah seorang pendiri Amyris, perusahaan bioteknologi Amerika yang bekerja sama dengan peneliti Universitas California di Berkeley dan Dewan Riset Nasional Kanada, mengembangkan cara untuk membuat artemisinin versi sintetis dalam jumlah besar. Obat ini menyembuhkan penyakit malaria hanya dalam tiga hari tanpa komplikasi.
Artemisinin adalah senyawa yang sebelumnya hanya berasal dari wormwood, tumbuhan herba kuno yang rasanya pahit. Artemisinin manjur hingga 95 persen dalam menyembuhkan penyakit malaria tanpa komplikasi, tetapi karena berasal dari tanaman, pasokan artemisinin sering kurang dan harganya mahal.
Newman dan para sejawatnya menemukan cara untuk membuat pasokan artemisinin tanpa batas dengan menggunakan teknik yang menggabungkan bioteknologi dan proses fermentasi ragi yang sederhana.
Mereka mengambil DNA tanaman wormwood dan memasukkannya ke dalam sel-sel ragi.
"Proses fermentasi besar seperti fermentasi bir. tetapi bukan membuat bir. Kami membuat obat anti-malaria. Kami bisa melakukannya dalam jumlah ratusan ribu galon dan, tentu saja, membuatnya dengan cara industri, sama dengan cara kita membuat penisilin, sangat, sangat murah," papar Newman.
Proses ini menghasilkan senyawa perintis artemisinin, yang digunakan untuk memproduksi obat itu.
Inovasi ini sebagian besar didukung oleh hibah sebesar 53,3 juta dolar dari Yayasan Bill dan Melinda Gates untuk bagian pengembangan obat PATH, sebuah kelompok nirlaba internasional yang telah memimpin upaya memberantas malaria dan penyakit lainnya. PATH membantu memindahkan penelitian artemisinin dari laboratorium UC Berkeley ke Amyris untuk skala lebih besar, dan kemudian ke perusahaan farmasi Sanofi Pasteur untuk memproduksi artemisinin berbahan dasar ragi. Perusahaan itu akan mendistribusikan obat tersebut tanpa biaya.
Sanofi juga berencana akan berbagi resep obat itu dengan perusahaan farmasi lain, sehingga mereka juga dapat menggunakan teknologi tersebut untuk memproduksi dan mendistribusikannya "tanpa ada keuntungan, tanpa ada kerugian," demikian menurut Jack Newman.
Artikel penelitian ini dimuat dalam jurnal Nature.