Penelitian di Universitas Southern California menemukan bahwa siswa yang disenangi banyak teman di SMP dan SMA cenderung merokok.
Tom Valente, guru besar ilmu pengobatan pencegahan di Universitas Southern California, mengatakan, siswa yang populer lebih cenderung merokok dan menjadi perokok lebih dini daripada murid yang kurang populer.
"Menjadi populer ada ongkosnya, dan ongkosnya adalah memastikan mereka mempertahankan popularits itu," papar Valente.
Merokok adalah salah satu cara untuk mempertahankan posisi itu. Valente mengatakan, siswa yang mulai merokok kelas 9 dan 10 cenderung berteman dengan perokok lain.
"Tidak ada alasan untuk berpikir bahwa temuan ini hanya terbatas pada kelompok demografis tertentu atau satu kelompok etnis atau satu budaya," paparnya lagi.
Khalid Abusubait, 27 tahun, dari Arab Saudi mulai merokok sejak berusia 15 tahun. Ia mengatakan ingin berhenti merokok, tetapi sulit.
"Saya pernah berhenti merokok enam bulan, tetapi merokok lagi," akunya.
Cara Lee, penasehat pendidikan penanggulangan alkohol dan tembakau di distrik yang menaungi 25.000 siswa di California selatan. Ia mengatakan, semakin dini seseorang mulai merokok, semakin sulit pula baginya untuk berhenti.
"Ada banyak penelitian mengenai dampak obat-obatan terlarang dan alkohol pada otak yang berkembang, yaitu semakin dini para remaja mengonsumsinya, mereka akan semakin kecanduan," ujarnya.
Cynthia Gomez, kepala layanan dan keluarga di distrik sekolah yang sama, mengatakan, ada masa dalam kehidupan anak yang sangat penting dalam menentukan apakah mereka berperilaku berbahaya, seperti merokok.
"Usia 11 sampai 15 tahun. Jadi kelas 6 sampai kelas 9 adalah masa ketika mereka sangat membutuhkan panduan," paparnya.
Untuk membantu para pelajar membuat pilihan yang lebih sehat, sebagian siswa SMA menjadi sukarelawan bagi anak-anak yang lebih muda.
Vitoria Smith, 16 tahun, mengatakan, ketika ia menasehati anak-anak kelas 5 dan 6, ia mengubah pandangan mereka tentang merokok.
"Mereka tahu merokok itu dampaknya buruk, tetapi mereka masih berpikir merokok itu keren dan membuat mereka populer di sekolah," katanya.
Para pejabat sekolah mengatakan, panutan yang positif disekolah dipadu dengan pengajaran nilai-nilai yang baik di rumah akan membantu para pemajamembuat pilihan yang lebih sehat.
"Menjadi populer ada ongkosnya, dan ongkosnya adalah memastikan mereka mempertahankan popularits itu," papar Valente.
Merokok adalah salah satu cara untuk mempertahankan posisi itu. Valente mengatakan, siswa yang mulai merokok kelas 9 dan 10 cenderung berteman dengan perokok lain.
"Tidak ada alasan untuk berpikir bahwa temuan ini hanya terbatas pada kelompok demografis tertentu atau satu kelompok etnis atau satu budaya," paparnya lagi.
Khalid Abusubait, 27 tahun, dari Arab Saudi mulai merokok sejak berusia 15 tahun. Ia mengatakan ingin berhenti merokok, tetapi sulit.
"Saya pernah berhenti merokok enam bulan, tetapi merokok lagi," akunya.
Cara Lee, penasehat pendidikan penanggulangan alkohol dan tembakau di distrik yang menaungi 25.000 siswa di California selatan. Ia mengatakan, semakin dini seseorang mulai merokok, semakin sulit pula baginya untuk berhenti.
"Ada banyak penelitian mengenai dampak obat-obatan terlarang dan alkohol pada otak yang berkembang, yaitu semakin dini para remaja mengonsumsinya, mereka akan semakin kecanduan," ujarnya.
Cynthia Gomez, kepala layanan dan keluarga di distrik sekolah yang sama, mengatakan, ada masa dalam kehidupan anak yang sangat penting dalam menentukan apakah mereka berperilaku berbahaya, seperti merokok.
"Usia 11 sampai 15 tahun. Jadi kelas 6 sampai kelas 9 adalah masa ketika mereka sangat membutuhkan panduan," paparnya.
Untuk membantu para pelajar membuat pilihan yang lebih sehat, sebagian siswa SMA menjadi sukarelawan bagi anak-anak yang lebih muda.
Vitoria Smith, 16 tahun, mengatakan, ketika ia menasehati anak-anak kelas 5 dan 6, ia mengubah pandangan mereka tentang merokok.
"Mereka tahu merokok itu dampaknya buruk, tetapi mereka masih berpikir merokok itu keren dan membuat mereka populer di sekolah," katanya.
Para pejabat sekolah mengatakan, panutan yang positif disekolah dipadu dengan pengajaran nilai-nilai yang baik di rumah akan membantu para pemajamembuat pilihan yang lebih sehat.