Penerbangan Komersial Langsung Pertama dari Israel Tiba di Bahrain

Pesawat ATR 72-500 milik maskapai penerbangan Israir Airlines mendarat di bandara internasional Larnaca, Siprus, 9 Juni 2020. (Foto: Iakovos HATZISTAVROU / AFP).

Pesawat yang melangsungkan penerbangan komersial langsung pertama antara Israel dan Bahrain telah mendarat di negara kerajaan itu, Rabu (23/9). Peristiwa itu berlangsung sepekan setelah Bahrain dan Uni Emirat Arab (UEA) menandatangani kesepakatan untuk menormalisasi hubungan dengan Israel.

Data penerbangan menunjukkan, pesawat Airbus A320 milik Israir Airlines mendarat di Bandara Internasional Bahrain setelah hampir tiga jam penerbangan dari Bandara Internasional Ben-Gurion di Tel Aviv.

Tidak ada pengakuan dari pemerintah Israel mengenai penerbangan itu. Namun, menurut kantor berita Associated Press, sehari sebelumnya Perdana Menteri Benjamin Netanyahu melangsungkan pembicaraan telepon dengan Putra Mahkota Bahrain Pangeran bin Hamad Al Khalifa.

Tidak jelas apakah salah satu isi pembicaraan mereka tersebut mengenai penerbangan komersial itu. Media pemerintah Bahrain juga tidak melaporkan mengenai penerbangan tersebut.

Jika pesawat Israel itu benar-benar mendarat di Bahrain, ini kali kedua Israel melangsungkan penerbangan langsung ke sebuah negara Arab. Akhir Agustus lalu, sebuah pesawat komersial milik perusahaan penerbangan Israel, El Al, untuk kali pertama tiba di UEA langsung dari Ben-Gurion. Penerbangan selama tiga jam 20 menit ini merupakan penerbangan simbolis yang menunjukkan telah pulihnya hubungan antara Israel dan UEA.

Penerbangan itu sendiri melalui wilayah udara Arab Saudi. Banyak pihak menilai, dengan diizinkannya pesawat ini memasuki wilayah udara Saudi, bukan tidak mungkin akan terbuka kesempatan penerbangan komersial reguler antara Israel dan UEA yang layak secara finansial. Dua perusahaan penerbangan besar UEA – yakni Emirates dan Etihad – kemungkinan akan bisa terbang langsung ke Israel.

Meskipun AS mengusahakan hubungan yang lebih dekat antara Israel dan negara-negara Arab, negara-negara Teluk Arab lain seperti Arab Saudi belum bersedia membuka hubungan dengan Israel. Pemerintah Raja Saudi Salman bersikukuh mendukung keinginan rakyat Palestina untuk mendirikan negara independen dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya.

Baharan dan UEA merupakan negara ketiga dan keempat yang menjalin hubungan resmi dengan Israel setelah Mesir dan Yordania. [ab/uh]