Penerbangan komersial pertama dalam enam tahun lepas landas pada Senin (16/5) dari Ibu Kota Yaman yang dikuasai pemberontak, kata para pejabat. Penerbangan itu adalah bagian dari gencatan senjata yang rapuh dalam perang saudara di negara tersebut.
Penerbangan Yaman Airways, dengan 151 penumpang, menuju Ibu Kota Yordania, Amman, menurut media yang dikelola oleh pemberontak Houthi yang didukung Iran.
Sebelumnya, pesawat itu tiba di Sanaa dari Aden, kota pelabuhan di Yaman selatan, untuk menjemput penumpang. Begitu mendarat, pesawat itu disambut oleh upacara "penghormatan air," menurut video yang diungah secara daring oleh operator nasional. Kantor media Houthi mengatakan penerbangan itu diperkirakan kembali ke Sanaa dari Amman pada Senin (16/5) malam.
Penerbangan itu adalah bagian dari perjanjian gencatan senjata 60 hari yang ditengahi oleh PBB, yang dicapai oleh pemerintah yang diakui secara internasional dan pemberontak Houthi bulan lalu. Gencatan senjata, yang mulai berlaku 2 April, adalah gencatan senjata nasional pertama di Yaman dalam enam tahun.
Kesepakatan gencatan senjata menyerukan dua penerbangan komersial dalam seminggu ke dan dari Sanaa ke Yordania dan Mesir. Sanaa yang dikuasai Houthi diblokade oleh koalisi pimpinan Saudi, yang mendukung pemerintah yang diakui secara internasional.
Penutupan bandara telah menimbulkan masalah besar ekonomi dan kemanusiaan. Seiring itu, ribuan orang kehilangan pekerjaan karena bisnis yang menyediakan layanan tutup atau rugi besar.
Sebelum blokade, Bandara Sanaa diperkirakan memiliki 6.000 penumpang per hari, dan lebih dari 2 juta penumpang setiap tahun, menurut Dewan Pengungsi Norwegia, badan amal internasional yang bekerja di Yaman.
Erin Hutchinson, Direktur Yaman di Dewan Pengungsi Norwegia, mengatakan lepas landas penerbangan pertama itu adalah “batu loncatan menuju perdamaian abadi bagi Yaman.”
BACA JUGA: Perang Ukraina Perparah Krisis Kelaparan di YamanBersamaan dengan penerbangan, gencatan senjata juga termasuk mengizinkan 18 kapal yang membawa bahan bakar ke pelabuhan Hodeida, yang dikendalikan Houthi, selama periode dua bulan.
Gencatan senjata terjadi di tengah upaya bersama internasional dan regional untuk menemukan penyelesaian konflik yang telah menghancurkan negara termiskin di dunia Arab itu dan mendorongnya ke ambang kelaparan.
Perang saudara Yaman meletus pada 2014, ketika Houthi merebut ibu kota, Sanaa, dan memaksa pemerintah ke pengasingan. Koalisi yang dipimpin Saudi memasuki perang pada awal 2015 untuk mencoba mengembalikan pemerintah ke kekuasaan. [ka/ab]