Mantan penerbit tabloid David Pecker, pada Kamis (25/4), kembali menjadi saksi di persidangan pidana Donald Trump di New York. Dia harus menjawab lebih banyak pertanyaan tentang bagaimana dia mempercayai kisah seorang model Playboy yang mengaku memiliki hubungan berbulan-bulan dengan calon presiden tersebut tetapi kemudian membungkamnya demi melindungi Trump secara politik.
Sewaktu sidang ditutup pada Selasa (23/4), Pecker mulai bersaksi tentang pembayaran US$150,000 yang dia lakukan kepada Karen McDougal, Playmate of the Year 1998 majalah Playboy. Jaksa belum bertanya kepadanya bagaimana kesepakatan terjadi sebelum pemilu Trump pada 2016 dan perannya dalam menyetujui pembayaran tersebut. Trump telah membantah adanya perselingkuhan dengan sang model.
Dalam persidangan pidana pertama terhadap mantan presiden AS itu, Trump dituduh memalsukan catatan bisnis untuk menyembunyikan pembayaran lain, $130.000 dalam bentuk uang tutup mulut kepada aktris film porno Stormy Daniels. Tujuannya agar Daniels tidak mengungkap hubungan mereka menjelang pemilu 2016. Daniels mengklaim pernah berhubungan intim dengan Trump satu dekade sebelumnya. Trump juga membantah pengakuan sang aktris.
Sementara kesaksian Pecker berlanjut, Trump menghadapi masalah hukum penting lainnya pada Kamis. Seorang pengacaranya akan berargumen di Mahkamah Agung AS di Washington bahwa Trump harus kebal dari tuntutan atas tindakan yang diambilnya sebagai presiden untuk mencoba membalikkan kekalahannya pada pemilihan presiden 2020 dari Presiden Joe Biden.
BACA JUGA: Dalam Kampanye di Florida, Biden Kecam Larangan AborsiDakwaan pidana Trump di Washington yang menuduhnya merencanakan secara ilegal untuk membatalkan hasil pemilu 2020 agar tetap berkuasa, akan ditunda sementara masalah kekebalan diputuskan. Secara keseluruhan, Trump menghadapi 88 dakwaan dalam empat dakwaan berbeda. Trump telah membantah semua dakwan yang dialamatkan kepadanya.
Ia meminta Hakim Mahkamah Agung New York Juan Merchan untuk membatalkan sidang pada Kamis supaya ia dapat menghadiri sidang Mahkamah Agung. Tetapi Mercan menolak.
Merchan mungkin menetapkan putusan pada Kamis atas tuntutan jaksa agar Trump dianggap menghina pengadilan dan didenda karena telah 10 kali melanggar perintah Merchan agar Trump diam.
Perintah diam itu melarang Trump menyerang saksi, jaksa, juri, atau staf pengadilan. Larangan kemudian diperluas hingga mencakup beberapa kerabat mereka. Tetapi perintah tersebut membuat Trump bebas menyerang dua tokoh kunci dalam kasus tersebut, Merchan dan jaksa New York yang membawa kasus tersebut, Alvin Bragg. Serangan semacam itu sudah sering dilakukan Trump.
Persidangan kasus uang tutup mulut di New York itu mungkin satu-satunya yang terjadi sebelum Trump, bakal calon presiden dari Partai Republik 2024, kembali menghadapi Biden, petahana dari Partai Demokrat, dalam pemilu 5 November. [ka/jm]