Pengacara: Upaya Trump adalah Bentuk Kebebasan Berpendapat yang Dilindungi Konstitusi

John Lauro, salah seorang pengacara mantan Presiden Donald Trump (foto: dok).

Seorang pengacara mantan Presiden Amerika Donald Trump hari Minggu (6/8) menolak premis dakwaan federal yang menuduh bahwa Trump secara curang mencoba mengubah kekalahannya dalam pemilihan presiden tahun 2020. Pengacara itu, John Lauro, mengatakan upaya Trump untuk mencegah Kongres menyatakan Joe Biden dari Partai Demokrat sebagai pemenang, merupakan bentuk kebebasan berbicara yang dilindungi oleh konstitusi.

Lauro tampil di lima acara bincang-bincang berita di televisi, menyampaikan pembelaannya atas dakwaan yang diajukan Jaksa Khusus Departemen Kehakiman, Jack Smith, Selasa lalu (1/8).

Dakwaan yang terdiri dari empat poin itu menuduh Trump bersekongkol untuk menipu pemerintah Amerika agar tetap berkuasa, dengan meminta Wakil Presiden Mike Pence – ketika itu – untuk memblokir sertifikasi Kongres atas hasil pemungutan suara; dan mengirimkan ke Kongres nama-nama pemilih palsu yang mendukung Trump di negara-negara bagian di mana Trump kalah tipis dari Biden.

"Ketika Anda melakukan kebebasan berbicara, Anda tidak terlibat dalam kecurangan terhadap pemerintah," kata Lauro dalam acara "State of the Union" di CNN. "Apa pun yang dituduhkan itu adalah soal kebebasan berbicara."

Sementara terkait permintaan Trump pada 6 Januari 2021 agar Pence menghentikan sementara sertifikasi Kongres atas pemungutan suara electoral college di negara-negara bagian di mana Trump kalah selama sepuluh hari untuk dapat mempertimbangkan kembali hasilnya, Lauro mengatakan "bertanya itu aspiratif; itu adalah kebebasan berbicara."

Your browser doesn’t support HTML5

Trump Mengaku Tak Bersalah Atas Dakwaan Upaya Membalikkan Hasil Pemilu 2020

Jaksa Khusus Minta Hakim Agar Trump Dikenai Protective Order

Pertarungan sengit dalam persidangan Trump yang akan datang sudah terlihat jelas saat ini.

Lauro mengatakan ia akan menentang permintaan Smith untuk mengenakan perintah perlindungan (protective order) dari Hakim Distrik Tanya Chutkan di Washington supaya Trump tidak mengungkapkan di media sosial, kesaksian-kesaksian yang sensitif di hadapan dewan juri atau dokumen lain yang mengindikasikan siapa saja yang akan menjadi saksi yang memberatkannya dalam persidangan.

Smith meminta protective order itu setelah Trump pada hari Jumat (4/8) mencuit dengan menggunakan huruf besar di situs media sosial Truth Social miliknya, "JIKA ANDA MENGEJAR SAYA, SAYA AKAN MENGEJAR ANDA!” Tim kampanye Trump mengatakan perintah itu ditujukan kepada lawan-lawan politik Trump dari Partai Republik.

BACA JUGA: Pence Soal Dakwaan Trump: Saya Berharap Tak Sampai Seperti Ini

Chutkan memberikan waktu kepada Lauro dan pengacara Trump lainnya hingga hari Senin (7/8) pukul lima sore waktu Washington DC, untuk menanggapi permintaan protective order yang diajukan Smith itu.

"Kami tidak akan setuju untuk merahasiakan informasi publik yang tidak sensitif dari pers," kata Lauro. "Saya terkejut bahwa pers tidak beramai-ramai menentang usul protective order ini."

Trump Sebut Jaksa Khusus “Sakit Jiwa”

Trump juga tampak tidak surut langkah. Trump Sabtu malam (4/8) terus menyerang Smith dan dakwaan yang disampaikan, yaitu bahwa mantan presiden itu mencoba mengubah hasil pemilu secara ilegal. Dalam sebuah rapat umum politik di negara bagian South Carolina, Trump mengatakan, "kami menyebutnya sebagai dakwaan palsu. Mereka mencoba membuat bahwa mempertanyakan hasil pemilu merupakan tindakan ilegal," meskipun, jika terbukti bersalah, Trump berpotensi menghadapi hukuman penjara bertahun-tahun.

Trump kemudian melancarkan serangan baru terhadap Smith, menyebutnya "sakit jiwa", "gila", dan "orang yang sakit".

Dakwaan Ketiga terhadap Trump dalam Empat Bulan

Kasus kecurangan pemilu ini merupakan dakwaan ketiga terhadap Trump dalam empat bulan terakhir.

Dakwaan-dakwaan lain menuduh Trump telah secara ilegal menimbun dokumen keamanan nasional yang sangat rahasia di Mar-a-Lago miliknya di Florida setelah meninggalkan jabatannya, dan bahwa ia secara ilegal mengubah catatan bisnis di perusahaan konglomerat real estat keluarganya, Trump Organization, untuk menyembunyikan pembayaran uang sogok kepada seorang bintang film porno menjelang kampanye kepresidenan tahun 2016 yang sukses. Trump juga akan segera menghadapi tuduhan melakukan kecurangan pemilu di negara bagian Georgia.

Meskipun menghadapi masalah hukum yang semakin meningkat, Trump masih unggul di antara para pesaing lain di Partai Republik untuk merebut nominasi calon presiden tahun 2024, guna maju melawan Joe Biden yang sedang mengincar masa jabatan kedua.

Mike Pence: Tindakan Saya pada 6 Januari 2021 untuk Menepati Sumpah pada Konstitusi

Mantan wakil presidennya, Mike Pence, adalah salah satu lawan nominasi calon presiden dari Partai Republik. Namun dalam jajak pendapat nasional Partai Republik baru-baru ini Pence jauh tertinggal dari Trump. Pence dicerca oleh banyak pendukung Trump karena tidak menyetujui permintaan Trump untuk memblokir sertifikasi Kongres atas hasil pemilu presiden tahun 2020 pada 6 Januari 2021. Sekitar 2.000 pendukung Trump yang menyerbu di Gedung Kongres AS dalam sebuah kerusuhan yang penuh kekerasan ketika itu meneriakkan kalimat "Gantung Mike Pence!"

Berbicara di stasiun televisi CNN hari Minggu (6/8), Pence kembali membela tindakannya pada 6 Januari 2021 itu dengan mengatakan, “Saya, pada hari itu, menepati sumpah kami pada Konstitusi. Negara kita lebih penting daripada satu orang." Ditambahkannya, “Trump hari itu meminta kami untuk membatalkan hasil pemilu. Saya mempercayakan penilaian saya kepada rakyat Amerika dan sejarah."

Mantan orang nomor dua di Amerika itu lebih jauh mengatakan “saya tidak tahu apa yang ada di dalam hatinya (hati Trump.red) pada hari itu, apa niatnya pada hari itu."

Your browser doesn’t support HTML5

Dikenai Tuntutan Pidana dan Perdata, Bagaimana Nasib Pencalonan Trump?

Pence mengatakan bahwa dia tidak ingat apakah Trump pernah mengakui kepadanya bahwa dia kalah dalam pemilu presiden tahun 2020. Dakwaan itu menuduh bahwa para pembantu Trump di Gedung Putih berulang kali mengatakan kepada Trump bahwa Biden telah menang dan tidak ada kecurangan di negara bagian mana pun yang kalah tipis dari Trump, yang cukup substansial untuk mengubah hasil pemilu di negara bagian mana pun, apalagi untuk mengubah hasil di tingkat nasional.

Trump hingga hari ini menilai telah terjadi ketidakberesan dan kecurangan pemungutan suara yang membuatnya kalah dari upaya menjabat kembali di Gedung Putih; meskipun pada minggu-minggu setelah pemilu presiden itu Trump kalah dalam puluhan gugatan di pengadilan di negara-negara bagian di mana ia kalah tipis dari Biden.

Hasil electoral college pada tanggal 6 Januari 2021 sangat penting karena Amerika tidak memilih presiden berdasarkan suara terbanyak. Sebaliknya, hasilnya ditentukan oleh 50 pemilihan negara bagian per negara bagian, dengan negara bagian terbesar memiliki suara elektoral terbanyak di electoral college untuk menentukan pemenang nasional.

Gubernur Chris Christie: Trump Pengecut

Chris Christie, mantan Gubernur New Jersey, salah seorang penantang Trump lainnya untuk nominasi calon presiden dari Partai Republik, mengatakan kepada CNN bahwa reaksi mantan presiden itu terhadap dakwaan tersebut "adalah hal yang selalu kita lihat dari seorang Donald Trump, yaitu penghinaan." Dia mengatakan bahwa kerusuhan di Kongres pada 6 Januari 2021 di mana lebih dari 1.000 pendukung Trump telah ditangkap, "adalah hal yang diinginkan oleh presiden."

Christie menyebut Trump "pengecut" karena tidak bergabung dengan para demonstran, meskipun kontingen Secret Service presiden pada hari itu menolak membawanya ke Kongres setelah Trump memintanya pergi ke sana. Sebaliknya, kata Christie, Trump "duduk dengan hamburger berukuran besar dan menonton" kerusuhan di televisi dari ruang yang aman di Gedung Putih. [em/lt]