Pengamat: Jet Tempur Buatan China Berperan Penting Dalam Serangan Udara Mematikan di Myanmar 

Jet tempur FTC-2000G buatan China ditampilkan dalam sebuah acara di Zhuhai, provinsi Guangdong, pada 1 November 2018. (Foto: Reuters/Stringer)

Media lokal di Myanmar melaporkan, enam jet tempur FTC-2000G yang dibeli dari China telah tiba, dan para pengamat khawatir jika dukungan militer China terhadap militer Myanmar akan memperpanjang konflik dan memperburuk penderitaan warga sipil di negara tersebut.

Pasokan jet tempur dari China, seperti FTC-2000G, membantu junta mempertahankan superioritas udaranya, dan menyebabkan banyak korban jiwa di berbagai penjuru Myanmar.

Menurut pemberitaan media, jet-jet tempur itu dikirim pada bulan Agustus dan merupakan gelombang kedua dari pengiriman jet tempur tipe 2000G yang diterima oleh militer Myanmar. Junta menerima pengiriman gelombang pertama pada November 2022.

Media yang dikontrol militer belakangan memperlihatkan pesawat FTC-2000G itu pada upacara sebuah Angkatan Udara Myanmar pada 15 Desember 2022. Jet-jet tempur hasil pengiriman gelombang kedua diperkirakan akan dipamerkan pada perayaan Hari Angkatan Udara tahun ini pada Desember mendatang.

BACA JUGA: KTT ASEAN Dimulai dengan Berbagai Isu Panas

Mantan sersan Angkatan Udara Myanmar, Zay Ya, menjelaskan kepada VOA dari lokasi yang dirahasiakan di perbatasan Thailand-Myanmar, bahwa “Banyak pesawat Yak-130 buatan Rusia yang tidak dapat digunakan lagi, sehingga jet-jet tempur dari China kini sangat penting bagi operasi militer pasukan Myanmar," jelasnya.

Ia menambahkan, jet-jet asal China tersebut telah digunakan dalam pertempuran, dan beberapa ditempatkan di pangkalan udara utama.

Zay Ya, yang telah bertugas di Angkatan Udara Myanmar selama hampir 10 tahun, meninggalkan militer setelah pemerintahan terpilih digulingkan pada Februari 2021. Ia kini membantu sesama mantan anggota militer yang bergabung dengan Gerakan Pembangkangan Sipil melawan junta militer.

Berdasarkan pengalaman langsungnya dengan Angkatan Udara Myanmar, Zay Ya menunjukkan bahwa jet Rusia memakan banyak biaya dan tidak hemat bahan bakar, sementara jet buatan China lebih sesuai dengan industri pertahanan Myanmar yang sudah ada. “Sukhoi Su-30 buatan Rusia, empat di antaranya tiba sebelum FTC-2000G, namun FTC-2000G dapat segera digunakan,” kata Zay Ya.

VOA layanan Burma telah menghubungi pihak informasi militer Myanmar di Nay Pyi Taw dan kedutaan Besar China di Yangon dan Washington, D.C., terkait pengiriman jet FTC-2000G, namun tidak mendapatkan respons. [ps/ab]