Pengamat: Lebanon Membutuhkan Bantuan Mendesak

Para demonstran Lebanon yang memrotes sistem politik, melakukan aksi unjuk rasa di depan gedung parlemen di Beirut, 13 Maret lalu (foto: dok). Ekonomi Lebanon menyusut 25 persen tahun lalu.

Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan Lebanon tidak akan bisa menarik dirinya keluar dari krisis ekonomi sampai pemerintahan baru dibentuk untuk memulai reformasi yang telah lama terhenti. Akan tetapi, pengamat Lebanon mengatakan mereka disandera oleh sistem politik yang korup dan membutuhkan bantuan dari luar untuk memecahkan kebuntuan dan menciptakan kondisi yang bisa membangkitkan kembali negara itu. Salah satu saran adalah dengan membentuk dewan perwalian sementara PBB untuk Lebanon agar negara itu bisa pulih.

Dengan status gagal bayar utang Eurobond, obligasi bersama zona negara-negara pengguna mata uang euro, senilai satu koma dua miliar dolar tahun lalu, mata uang Lebanon ambruk dan ekonominya menyusut hingga 25 persen.

Jihad Azour, kepala Departemen Timur Tengah Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan kepada Reuters bahwa untuk mengatasi krisis ekonomi yang mengerikan di Lebanon saat ini “diperlukan pendekatan yang komprehensif” dengan berbagai reformasi keuangan dan pemerintahan. Ia memperingatkan bahwa “dengan tidak adanya pemerintahan baru yang dapat memimpin transformasi ini, sangat sulit untuk berharap situasinya akan membaik dengan sendirinya.”

BACA JUGA: Pemimpin Hezbollah di Lebanon Akan Dukung Kabinet Baru

Akan tetapi, dalam wawancara dengan VO, Profesor Habib Malik dari Lebanese American University mengatakan bahwa warga Lebanon terjebak dalam kekacauan di antara para panglima perang yang berpolitik dan sang penguasa de-facto, milisi Hizbullah yang didukung Iran.

Malik mengatakan, “Seluruh dunia kurang lebih sudah berpendapat: Bentuk suatu pemerintahan, mulai terapkan reformasi, dan kemudian kami akan membantu. Orang-orang ini tidak akan menerapkan reformasi apa pun yang dengan cara apa pun akan mengurangi pencurian, kekuasaan dan kendali mereka. Yang kedua, ‘Kalian, warga Lebanon, harus berurusan dengan Hizbullah sendiri.’ itu sama saja dengan memberi tahu sandera dengan pistol di kepalanya: ‘Kamu harus membebaskan diri dari penculikmu, dan kemudian kami akan datang dan membantumu.’ Itu juga tidak pernah terjadi dalam situasi penyanderaan.”

Ekonom Toufic Gaspard, mantan penasihat senior menteri keuangan Lebanon dan IMF mengatakan ia tidak melihat kembalinya pertumbuhan ekonomi Lebanon tanpa pembersihan keuangan dan fiskal. “Di situlah letak masalahnya, karena sistem politiknya adalah berbagi aset-aset negara, bukan menambah kekayaan negara,” ujarnya.

“Lebanon tidak bisa diselamatkan sebagai sebuah negara kecuali aktor eksternal yang berpengaruh, secara kolektif dan individu, memutuskan untuk turun tangan dan menciptakan kondisi yang dapat menarik Lebanon keluar dari jurang,” kata Emile Nakhleh, pensiunan pejabat intelijen senior CIA yang kini memimpin Global and National Security Policy Institute di Universitas New Mexico.

Your browser doesn’t support HTML5

Pengamat: Lebanon Membutuhkan Bantuan Mendesak


Nakhleh juga menyarankan pembentukan dewan perwalian sementara PBB untuk Lebanon.

Nakhleh memperingatkan bahwa jika “kondisi ini dibiarkan, Lebanon bisa bangkrut dalam dua tahun,” membuka jalan bagi oknum-oknum jahat untuk mengeksploitasi ketidakstabilan Lebanon. [rd/jm]