Film terbaru Star Trek mengundang kagum dan diskusi mengenai bagaimana waralaba ikonis itu mempengaruhi masyarakat, sains dan teknologi.
WASHINGTON —
Star Trek telah menjadi bagian budaya pop selama hampir 50 tahun dan satu film lagi sedang dalam tahap perencanaan.
Kalangan akademisi, profesional dan penggemar Star Trek lagi-lagi membahas pengaruh waralaba ikonik itu pada masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi, seiring ditayangkannya film fiksi ilmiah terbaru Star Trek Into Darkness di bioskop seluruh dunia.
Pesawat angkasa luar Enterprise sangat populer di kalangan penonton serial televisi Star Trek dan pengunjung Museum Udara dan Antariksa Nasional Smithsonian di Washington, tempat model asli dipajang di toko suvenir. Cerita fiksi tersebut, mengenai misi panjang penjelajahan "antariksa terjauh, perbatasan terakhir", bahkan menginspirasi pesawat prototipe ulang-alik antariksa NASA, ujar kurator museum Margaret Weitekamp.
Kalangan akademisi, profesional dan penggemar Star Trek lagi-lagi membahas pengaruh waralaba ikonik itu pada masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi, seiring ditayangkannya film fiksi ilmiah terbaru Star Trek Into Darkness di bioskop seluruh dunia.
Pesawat angkasa luar Enterprise sangat populer di kalangan penonton serial televisi Star Trek dan pengunjung Museum Udara dan Antariksa Nasional Smithsonian di Washington, tempat model asli dipajang di toko suvenir. Cerita fiksi tersebut, mengenai misi panjang penjelajahan "antariksa terjauh, perbatasan terakhir", bahkan menginspirasi pesawat prototipe ulang-alik antariksa NASA, ujar kurator museum Margaret Weitekamp.
"Pesawat ulang-alik paling pertama dinamakan Enterprise sebagai akibat kampanye yang digalakkan oleh para penggemar Star Trek pada 1970an," jelasnya.
Weitekamp, yang baru-baru ini ambil bagian dalam diskusi panel di museum tersebut mengenai relevansi Star Trek, mencatat bahwa serial televisi tersebut mulai mengudara pada 1960an saat perempuan dan kelompok minoritas menuntut persamaan hak.
"Star Trek telah menjadi visi yang sangat penting, tidak hanya mengenai seperti apa penerbangan luar angkasa di masa depan, namun juga refleksi dari harapan, terutama pada 1960an, mengenai bentuk masyarakat," ujarnya.
"Sangat penting pada 1966 ada kisah pesawat luar angkasa yang awaknya terdiri dari jenis kelamin, ras dan kebangsaan yang beragam, dan bahkan menyertakan makhluk luar angkasa, dan bekerja bersama dalam kesetaraan."
"Sangat penting pada 1966 ada kisah pesawat luar angkasa yang awaknya terdiri dari jenis kelamin, ras dan kebangsaan yang beragam, dan bahkan menyertakan makhluk luar angkasa, dan bekerja bersama dalam kesetaraan."
Teknologi Star Trek
Nancy Reagin, profesor di Pace University di New York dan editor buku "Star Trek and History", mengatakan bahwa pencipta serial tersebut, Gene Roddenberry, adalah seorang futuris. Reagin mengatakan beberapa teman Roddenberry bekerja dalam bidang pengembangan teknologi, dan serial asli menunjukkan teknologi-teknologi yang telah menjadi nyata.
"Anda melihat penggambaran pertama TV layar plasma dan ponsel, contoh pertama teknologi Bluetooth, penggunaan pertama tablet dan layar sentuh," ujarnya.
Star Trek masih menginspirasi para insinyur, ujar Mike Gold, penasihat di Bigelow Aerospace, perusahaan Nevada yang mengembangkan pesawat luar angkasa generasi berikutnya.
"Saya kira seluruh program kami sangat mengikuti semangat Star Trek, yaitu mendorong batas penjelajahan manusia," ujarnya.
Modul Aktivitas Pengembang Bigelow (BEAM) akan diuji di Stasiun Antariksa Internasional pada 2015. Singkatan BEAM sendiri mengacu pada istilah dalam film Star Trek, di mana para karakter dapat melakukan "teleport" atau "beam" yaitu berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain dalam hitungan detik.
Terus Relevan
Para penggemar Star Trek baru-baru ini berkumpul di Museum Udara dan Antariksa di Washington dan New York City untuk acara Google Hangout, atau berbincang dengan para bintang dan penulis film terbaru, Star Trek Into Darkness. Tiga astronot NASA, salah satunya dari Stasiun Antariksa Internasional, bergabung dari jarak jauh untuk membahas daya tarik Star Trek.
Astronot Kjell Lindgren dari pusat antariksa NASA di Houston mengatakan film itu membakar imajinasi.
"Itu salah satu hal yang menyenangkan dari film-film ini dan dari fiksi ilmiah secara umum: Kesempatan untuk membayangkan masa depan dan teknologi," ujarnya.
Lindgren, seorang ahli fisika, mengatakan ia ingin melihat tongkat pendiagnosa penyakit seperti alat "medical tricorder" di Star Trek menjadi kenyataan.
Astronot Michael Fincke mengatakan para peneliti sedang menguji alat yang disebut Microflow, yang dirancang untuk mengevaluasi kesehatan astronot secara cepat. Microflow ada di Stasiun Antariksa Internasional saat ini.
Fincke mengatakan bahwa Star Trek memotivasinya dalam rapat-rapat membosankan di Bumi.
"Saya kemudian membayangkan episode-episode Star Trek yang telah ditonton dan berpikir, 'Inspirasional sekali. Itu sebabnya saya bekerja di NASA,'" ujarnya pada para penggemar.