Semakin banyak pemilih muda di Amerika Serikat yang dapat berperan penting dalam pemilihan umum bulan November nanti, bahkan mungkin membantu memilih presiden perempuan pertama dalam sejarah AS, dan itu terjadi jika mereka ikut memberikan suara mereka.
Rudy Garrett adalah wakil presiden pengembangan kapasitas di Alliance for Youth Action atau “Perhmpunan Aksi Pemuda”, sebuah jaringan organisasi nasional yang mempromosikan keterlibatan kawula muda.
“Alasan mengapa kaum muda agak ragu untuk ikut serta dalam pemilu ini, terkait langsung dengan rasa frustrasi mereka terhadap cara kerja pemerintahan kita saat ini. Kaum muda merasa frustrasi karena mereka tidak melihat perubahan terjadi secepat yang mereka inginkan di komunitas mereka.”
Namun sejak Wakil Presiden Kamala Harris menjadi calon presiden dari Partai Demokrat, ada perubahan besar dalam hal agak berharap.
Nick Ahamed adalah wakil direktur eksekutif di Priorities USA, sebuah komite aksi politik Demokrat. “Jumlah pemilih muda khususnya sangat besar, terutama karena antusiasme. Dalam waktu singkat, kami melihat peningkatan sebesar 5 persen dalam niat pemilih muda untuk memberikan suara.”
BACA JUGA: Generasi Milenial AS Ingin Peran Lebih Besar dalam Pemilu 2024Celeste Galvez, 19 tahun, adalah salah satu dari mereka yang merasa bersemangat dengan perubahan ini.
“Saya sebenarnya tidak berencana untuk memberikan suara. Tetapi kini Presiden Joe Biden mundur dari pencalonan dan Kamala yang mencalonkan diri. Maka saya lebih bersemangat untuk melangkah ke dunia baru, di mana kita bisa mempunyai seorang presiden perempuan.”
Gairah ini tercermin dalam lonjakan pendaftaran pemilih baru. Vote.org melaporkan, dalam tujuh hari lebih dari 100.000 orang mendaftar untuk memilih, setelah Joe Biden mengumumkan pengunduran dirinya. Pemilih berusia 18 hingga 34 tahun mencakup hampir 85% dari pendaftaran baru tersebut.
Namun pemilu presiden ini tetap berlangsung ketat, dan terdapat jumlah pemilih muda yang sama, terutama laki-laki muda yang mendukung mantan Presiden Donald Trump, calon presiden dari Partai Republik.
Kembali Nick Ahamed dari Komite Aksi Politik Demokrat mengatakan, “Banyak dari mereka tidak menyadari bahwa perekonomian AS secara keseluruhan menguntungkan mereka. Jadi ketika Partai Demokrat berbicara tentang rekor pertumbuhan lapangan kerja, banyaknya lapangan kerja yang diciptakan oleh Presiden Biden, mereka tidak melihat diri mereka dalam kerangka itu.”
Your browser doesn’t support HTML5
Frankie Russell, 26 tahun adalah salah satunya. Ia mengatakan, “Cara memengaruhi orang seusia saya adalah dengan berbicara kepada kelompok usia saya. Anda tidak bisa melakukan hal yang sama, seperti 'Pajak rendah,' klaim seperti, 'Kami baru saja menurunkan pajak', senjata dan keyakinan. Itu semua tidak cukup. Kami perlu hal-hal lain. Kita membutuhkan kebijakan yang secara umum mengutamakan Amerika, seperti, tidak ada perang baru, tidak ada pengiriman uang ke luar negeri, tapi menggunakannya di dalam negeri.”
Rudi Garrett dari Perhimpunan Aksi Kawula Muda menambahkan, “Frustrasi tidak sama dengan sikap apatis. Generasi muda sebenarnya memahami apa yang terjadi di dunia politik. Mereka hanya tidak melihat perubahan yang mereka inginkan diwujudkan melalui keterlibatan dalam proses pemilu. Namun menurut saya, perubahan yang terjadi dalam beberapa minggu terakhir menciptakan arah baru.”
Masih perlu dibuktikan apakah arah baru itu akan akan dicerminkan ke dalam kotak suara, namun jelas bahwa pemilih muda tidak boleh diabaikan pada bulan November. [ps/lt]
Your browser doesn’t support HTML5