Penggagas proyek yang mengkampanyekan pendidikan anak perempuan di Afghanistan ditahan oleh otoritas Taliban di Kabul, kata saudara laki-lakinya dan PBB, Selasa (28/3).
Pemerintah Taliban menerapkan kebijakan pelarangan anak perempuan bersekolah di sekolah menengah pada tahun lalu. Kebijakan itu diperluas hingga tingkat universitas, menjadikan Afghanistan satu-satunya negara di dunia yang mengeluarkan pembatasan pendidikan semacam itu.
Matiullah Wesa, kepala organisasi pendidikan PenPath dihentikan oleh sejumlah pria di luar masjid setelah salat pada Senin (27/3) malam, kata saudaranya Samiullah Wesa kepada AFP.
Matiullah Wesa, aktivis pendidikan Afghanistan, membacakan buku untuk siswa di kelas terbuka di pedesaan Afghanistan. (Foto: Istimewa/Matiullah Wesa)
"Ketika Matiullah meminta kartu identitas mereka, mereka memukulinya dan membawanya pergi dengan paksa," katanya.
"Dia ditangkap karena kegiatannya di bidang pendidikan. Dia tidak pernah bekerja dengan orang lain, tidak dengan pemerintah sebelumnya. Dia hanya bekerja untuk PenPath,” ujarnya.
Misi PBB di Afghanistan mengkonfirmasi dalam sebuah cuitan bahwa Matiullah ditangkap.
BACA JUGA: Taliban: Kami akan Membenahi Larangan 'Sementara' Pendidikan Bagi Perempuan
Pejabat Taliban sejauh ini belum menanggapi permintaan komentar.
PenPath mengkampanyekan masalah sekolah dan aktif dalam mendistribusikan buku di daerah pedesaan. Organisasi itu dan mendedikasikan dirinya untuk mengomunikasikan betapa pentingnya pendidikan anak perempuan kepada orang tua di desa.
Sejak pelarangan sekolah menengah untuk anak perempuan, Wesa terus mengunjungi daerah terpencil untuk menggalang dukungan dari penduduk setempat.
"Laki-laki, perempuan, tua, muda, semua orang dari seluruh penjuru negeri meminta hak Islam atas pendidikan anak perempuan mereka," katanya dalam sebuah tweet, beberapa jam sebelum dia ditangkap.
Pekan lalu, saat tahun ajaran baru dimulai tanpa gadis remaja, dia berjanji akan melanjutkan kampanyenya.
"Kerusakan yang disebabkan oleh penutupan sekolah tidak dapat diubah dan tidak dapat disangkal. Kami mengadakan pertemuan dengan penduduk setempat dan kami akan melanjutkan protes kami jika sekolah tetap ditutup," cuitnya.
Pejabat Taliban sejauh ini belum menanggapi permintaan komentar. [ah/rs]