Di tengah-tengah berkembangnya krisis penggunaan opioid atau obat penghilang rasa sakit di Amerika, sebuah studi baru menunjukkan penggunaan heroin terus meningkat, khususnya di kalangan warga muda kulit putih.
Menurut para peneliti di Columbia University Mailman School of Public Health, “jumlah warga Amerika yang menggunakan heroin naik lima kali lipat dalam dasawarsa terakhir, dan ketergantungan pada heroin secara klinis naik lebih dari tiga kali lipat.”
Mereka mengatakan, kenaikan yang paling banyak terdapat pada “laki-laki, kulit putih, dan orang-orang yang berpenghasilan dan berpendidikan rendah.”
Peningkatan paling menonjol di terdapat pada warga kulit putih berusia 18 hingga 44 tahun.
"Dalam tahun 2001 hingga 2002, warga kulit putih dan non-kulit putih melaporkan, prevalensi yang sama dalam penggunaan heroin. Namun, antara tahun 2012-2013, peningkatan heroin dan gangguan mental terkait sangat menonjol di antara warga kulit putih," kata Silvia Martins, Profesor Epidemiologi di Mailman School of Public Health.
Menurut studi itu, penggunaan heroin naik dari 0,33 persen menjadi 1,6 persen dari tahun 2001- sampai tahun-2013. Penggunaan heroin naik oleh warga kulit putih naik dari 1,1 persen menjadi 1,9 persen dalam periode yang sama.
Penggunaan heroin juga naik lebih tajam di antara orang dewasa yang belum menikah daripada rekan-rekan mereka yang menikah.
Para peneliti mengatakan, penggunaan obat resep penghilang rasa sakit untuyk tujuan non-medis memicu penggunaan heroin. Pada tahun 2001-2002, 36 persen pengguna heroin kulit putih menggunakan opioid untuk rekreasi mengakui menggunakan obat pernghilang sakit itu, sebelum menggunakan heroin. Pada 2012-2013 penggunaan itu naik menjadi 53 persen. [ps/ii]