Pengungsi Afghanistan, Qasim Khan, berjualan nasi di tepi jalan di kawasan Board Bazar, Peshawar, Pakistan. Khan dan keluarganya masuk ke negara itu dengan visa sembilan bulan yang lalu. Namun, sekarang, visanya telah kedaluwarsa, dan dia tinggal di Pakistan tanpa dokumen.
Dia mengatakan bahwa dia khawatir dengan keputusan Pakistan untuk mengusir warga Afghanistan yang tidak memiliki dokumen, dan bahwa dia tidak memiliki uang untuk kembali ke Afghanistan.
“Kami adalah keluarga dengan delapan atau sembilan orang. Kami bertahan hidup dengan menjual sekitar lima kilogram nasi. Saya bahkan tidak punya sebesar 1.000 rupee (sekitar Rp 190 ribu) untuk biaya kembali ke Afghanistan. Ini adalah persoalan utama kami. Jika saya memiliki uang, saya akan kembali saat ini juga. Tidak ada seorang pun yang mau meminjami kami uang,” kata Qasim Khan.
BACA JUGA: Pakistan akan Dirikan Pusat Deportasi untuk Tahan Migran IlegalPerserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan, 3,7 juta pengungsi Afghanistan tinggal di Pakistan. Kementerian dalam negeri Pakistan memperkirakan, bahwa 1,7 juta di antaranya tidak memiliki dokumen. Otoritas Pakistan mengatakan, bahwa semua warga Afghanistan yang tidak memiliki dokumen, akan menghadapi pengusiran paksa, jika mereka tidak meninggalkan negara itu pada 1 November.
Sebagian dari pengungsi Afghanistan yang tidak memiliki dokumen ini, telah tinggal di Pakistan sepanjang hidup mereka.
Salah satunya adalah Mohammad Khalid yang menghabiskan 18 tahun hidupnya di Pakistan tanpa memperoleh kesempatan pendidikan.
“Pada pagi hari, saya pergi untuk bekerja, dan pada malam, kami makan dari apa yang saya hasilkan hari itu. Ini adalah kehidupan saya di Peshawar. Keputusan Pakistan telah menambah persoalan kami,"ujar Mohammad Khalid.
"Polisi bertindak keras kepada kami di manapun, mengatakan kepada kami “tunjukkan kartu kalian” dan memasukkan kami ke penjara. Kami menghadapi begitu banyak persoalan."
Pengungsi Afghanistan di sekitar Kamp Pengungsi Monda mengatakan, aparat keamanan Pakistan meningkatkan upaya keras mereka pada pengungsi Afghanistan, setelah mengklaim bahwa para pengungsi ini terlihat dalam tindak kekerasan baru-baru ini, seperti disampaikan Ajmal Miakhil.
Ajmal meminta pemerintah Pakistan tidak mempolitisasi isu pengungsi dan memberi waktu lebih banyak bagi pengungsi Afghanistan tanpa dokumen untuk kembali.
"Mereka tidak mungkin mengusir semua pengungsi ini dalam satu waktu bersamaan. Mereka yang sudah datang ke sini sejak lama, tidak memiliki dokumen, dan kemudian mereka didaftar. Kami meminta Pakistan dan UNHCR untuk menyediakan dokumen bagi pengungsi yang tidak memiliki dokumen, dan ini akan mengakhiri keraguan mereka,” ujar Ajmal Miakhil.
Your browser doesn’t support HTML5
Namun, Taliban tidak menentang keputusan Pakistan untuk mendeportasi pengungsi Afghanistan secara paksa. Seperti disampaikan Konsul Jenderal Taliban di Peshawar, Mohibullah Shakir.
“Kami tidak memiliki keberatan dengan keputusan Pakistan. Hal itu didasarkan pada kepentingan dan kebutuhan mereka sendiri. Tentu saja, kami sedikit prihatin karena musim dingin sudah mulai datang ke Afghanistan. Di sejumlah provinsi, seperti Kabul dan Ghazni, musim dingin sudah datang dan cuaca dingin," kata Mohibullah.
PBB meminta pemerintah Pakistan untuk menunda upaya pemaksaan kembalinya warga Afghanistan dan memfasilitasi proses kembali secara sukarela warga Afghanistan ke negara mereka. [ns/lt]