Pengungsi Palestina di Rafah, Selasa, tidak menyambut senang bahwa kapal bantuan sedang dalam perjalanan dari Siprus. Mereka menyerukan tindakan yang lebih konkrit untuk meringankan penderitaan mereka.
Hanan Hallaq, perempuan pengungsi dari Khan Younis, menggambarkan bantuan yang dikirim melalui laut sebagai "konspirasi untuk menggusur orang-orang Palestina". Sulaf Awadallah, pengungsi lain dari kamp Al-Shati, menyatakan menolak bantuan. Ia meminta negara-negara untuk menekan Israel agar mengizinkan pengungsi pulang ke Gaza utara.
“Kami ingin pulang. Kami lelah. Sangat lelah. Lebih dari yang dibayangkan semua negara. Tidak ada yang bisa merasakan apa yang kami alami. Kami menuntut mereka membantu kami pulang ke utara dan melakukan gencatan senjata. Itu sudah cukup bagi kami,” harapnya.
BACA JUGA: Qatar Harap Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Israel-Hamas selama RamadanUngkapan keduanya disampaikan sementara kapal bantuan yang memuat sekitar 200 ton pangan berlayar menuju Gaza. Bantuan itu adalah bagian dari program percontohan pembukaan koridor laut ke wilayah tersebut, di mana perang Israel-Hamas telah menyebabkan ratusan ribu warga Palestina di ambang kelaparan.
Bantuan pangan itu dikumpulkan World Central Kitchen, badan amal yang didirikan koki terkenal José Andrés, dan diangkut ke Gaza oleh organisasi bantuan Spanyol, Open Arms. Kapal itu berangkat dari Siprus, negara kepulauan di Laut Tengah, dan diperkirakan tiba di Gaza dalam dua hingga tiga hari.
Amerika secara terpisah mengumumkan rencana membangun jembatan laut di dekat Gaza guna menyalurkan bantuan. Tetapi, jembatan itu kemungkinan baru akan beroperasi beberapa minggu lagi. [ka/jm]