Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) melaporkan, jumlah pengungsi Rohingya yang lari ke Bangladesh dari kekerasan di Myanmar naik menjadi 370 ribu. Lonjakan jumlah pengungsi yang belum pernah terjadi itu dicapai dalam waktu kurang dari tiga minggu.
Badan PBB untuk urusan pengungsi (UNHCR) menyebut situasi itu sangat mengenaskan. Dikatakan, banyak orang yang sudah tiba di Bangladesh mengungkapkan rumah dan desa mereka dibakar, sehingga mereka terpaksa melarikan diri. Mereka melaporkan anggota keluarga mereka dibakar, ditembak atau dibacok sampai mati ketika melarikan diri.
Kepada VOA, juru bicara UNHCR Adrian Edwards mengatakan, banyak orang Rohingya melarikan diri ke hutan atau gunung, berjalan berhari-hari sebelum mencapai perbatasan.
"Terdapat sejumlah besar anak yang sendirian, terpisah dari keluarga. Masalah kekerasan seksual, cedera yang mengakibatkan trauma, dan luka tembakan. Perawatan trauma dibutuhkan, manajemen klinis untuk kasus-kasus perkosaan, kesehatan mental dan hal-hal lain. Ini situasi yang sangat serius," ujar Edwards.
Dana PBB untuk anak-anak (UNICEF) melaporkan anak-anak, yang merupakan 60 persen dari jumlah pengungsi, menjadi pusat krisis kemanusiaan yang terus berkembang itu.
Berbicara melalui telepon dari Cox's Bazar, kepala UNICEF di Bangladesh untuk perlindungan anak, Jean Lieby, mengatakan kamp-kamp Rohingya penuh dengan anak-anak, yang berada dalam kondisi rapuh. Ia menambahkan, sekitar 200 ribu anak, banyak dari mereka berisiko terkena penyakit akibat air kotor, sangat membutuhkan bantuan.
"Bayangkan anak-anak itu tidak tidur berhari-hari. Mereka lemah dan lapar. Setelah perjalanan panjang dan sulit, banyak anak-anak sakit dan membutuhkan perawatan kesehatan segera. Sebagian anak juga dalam situasi yang sangat mengenaskan dan sulit dan trauma. Mereka membutuhkan bantuan perlindungan dan psikologis," tutur Lieby.
UNICEF menyediakan air minum dan sanitasi dasar. Badan-badan bantuan lain juga meningkatkan bantuan.
Bantuan darurat UNHCR yang dikirim melalui udara tiba hari Selasa di ibukota Bangladesh, Dhaka, terdiri atas 91 ton bantuan, mencakup bahan untuk tempat penampungan, selimut, alas tidur dan barang penting lain. Badan Pangan PBB, WFP, telah mulai membagikan beras dalam jumlah besar kepada pengungsi Rohingya yang tiba di Cox's Bazar. [ka/ii]