Muhammed Zaber Khan (17) ingat betul, saat matahari belum sepenuhnya berada di atas kepalanya, untuk pertama kalinya ia menapakkan kakinya di Desa Kwala Langkat, Kecamatan Tanjung Pura, Kabupaten Langkat, Sumatra Utara sekitar pukul 10.00 WIB, Rabu (22/5).
Pemuda Rohingya ini, bersama 50 orang Rohingya lainnya, tiba di perairan Kwala Langkat setelah menempuh perjalanan kurang lebih sebulan dengan kapal kayu dari Distrik Maungdaw, Myanmar.
“Pertama-tama kami (naik) satu kapal dari Myanmar ke Bangladesh. Lalu, ditransfer ke Indonesia dengan kapal. Kami semua etnis Rohingya datang dari Myanmar,” kata Zaber di Kwala Langkat, Kamis (23/5).
Dalam perjalanan menuju Indonesia, menurut pengakuan mereka, beberapa di antara mereka diharuskan membayar sejumlah uang, mulai dari 2-3 Lakh Taka Bangladesh atau setara Rp27 juta hingga Rp41 juta kepada kapten perahu. Dugaan penyelundupan manusia pun menguat lantaran kapal yang membawa puluhan Rohingya itu kabur usai menurunkan semua penumpang di perairan Kwala Langkat.
“Kapten kapal saat di tengah laut menyuruh kami turun dan berenang. Akhirnya, kami berenang dan tiba di daratan Indonesia,” ungkap Zaber.
Kini, keberadaan kapal kayu itu belum diketahui. Menurut Zaber di dalam kapal terdapat tiga kapten yang masing-masing berkewarganegaraan Myanmar, Bangladesh, dan Indonesia.
“Kami tidak tahu (keberadaan kapten) itu setelah tiba di laut Indonesia dan mereka sudah pergi,” ucap Zaber.
Kepala Desa Kwala Langkat, Mahyu Danil, membenarkan jika kapal yang membawa puluhan Rohingya itu telah kabur.
“Mereka dibawa pakai kapal menuju pantai. Tiba di pantai disuruh turun. Lalu, mereka berjalan hingga masuk ke Desa Kwala Langkat. Kondisi kapal sudah tidak ada. Sudah tidak terlihat lagi,” kata Danil.
Danil memerinci kelompok Rohingya itu terdiri dari 42 laki-laki, 3 perempuan, dan 6 anak-anak. Keberadaan mereka pertama kali diketahui oleh warga yang berpapasan dengan mereka saat berjalan dari tepi pantai menuju perkampungan. Saat ini mereka ditempatkan sementara di tepi Pantai Lampu Ujung Damak.
“Diarahkan masyarakat ke kantor desa. Sampai di kantor desa didiamkan sebentar, setelah mau magrib dipindahkan ke tepi Pantai Tanjung Lampu Ujung Damak agar menjauhkan mereka dari permukiman masyarakat,” ucap Danil.
Pemindahan itu dilakukan lantaran warga menolak kehadiran Rohingya di Desa Kwala Langkat.
“Warga tetap menolak keras kedatangan mereka. Harapan warga itu orang etnis Rohingya harus segera dipulangkan. Itu keinginan warga yang disampaikan ke pemerintah desa agar segera mengeluarkan mereka secepatnya untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan,” tandas Danil.
Your browser doesn’t support HTML5
Sebelumya, perwakilan dari Komisaris Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi (UNHCR), Yanuar Farhanditya, yang mengetahui keberadaan orang-orang yang diyakini etnis Muslim Rohingya itu telah tiba di Desa Kwala Langkat.
“Kami terus bekerja sama dengan pemerintah Indonesia dan para mitra lainnya di lapangan untuk memantau situasi dan memberikan bantuan yang diperlukan mereka. Kami berterima kasih kepada otoritas Indonesia dan masyarakat setempat atas respons cepat terhadap kelompok ini,” ujar Yanuar melalui pesan singkat kepada VOA, Rabu (22/5). [aa/ab]