Penjaga Perdamaian: Perbatasan Lebanon-Israel dalam Kondisi Bahaya

Pasukan penjaga perdamaian PBB (UNIFIL) terlihat di sepanjang sisi perbatasan Lebanon dengan Israel, dilihat dari Israel (foto: dok).

Situasi di perbatasan Lebanon dengan Israel “berbahaya”, dengan terus terjadinya baku tembak antara Hizbullah dan Israel, kepala pasukan penjaga perdamaian PBB di negara itu memberi peringatan pada Senin.

“Situasinya sekarang, seperti yang diketahui semua orang, penuh ketegangan. Ini situasi sulit dan berbahaya,” kata Aroldo Lazaro, kepala Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL).

Sejak 8 Oktober, sehari setelah konflik Israel-Hamas dimulai, perbatasan Lebanon dan Israel telah memperlihatkan adanya peningkatan baku tembak lintas batas, terutama antara tentara Israel dan Hizbullah yang didukung Iran, yang menyatakan bahwa mereka bertindak untuk mendukung Hamas.

“Kami mencoba untuk melanjutkan peran penghubung dan koordinasi kami, untuk menghindari salah perhitungan, salah tafsir yang dapat menjadi pemicu eskalasi,” kata Lazaro kepada wartawan menjelang pertemuan di Beirut dengan Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna.

Menurut penghitungan AFP, lebih dari 130 orang tewas dalam pertempuran di sisi perbatasan Lebanon, sebagian besar dari mereka adalah pejuang Hizbullah, tetapi juga termasuk seorang tentara Lebanon dan 17 warga sipil, tiga di antaranya adalah jurnalis.

Di pihak Israel, empat warga sipil dan tujuh tentara tewas, kata pihak berwenang.

BACA JUGA: Kelompok HAM: Serangan Israel terhadap Wartawan di Lebanon Mungkin Disengaja

Lazaro menekankan korelasi antara peristiwa di Jalur Gaza yang dikuasai Hamas dan meningkatnya ketegangan di Lebanon selatan.

Dia menambahkan bahwa Hizbullah menggunakan senjata jarak jauh, sementara pesawat Israel melanggar wilayah udara Lebanon.

Namun, “selama tiga hari terakhir, kami melihat sedikit berkurangnya baku tembak,” tambah Lazaro.

Pasukan PBB sendiri telah dilanda bencana kebakaran dalam beberapa pekan terakhir, tanpa menyebabkan kematian di antara pasukan penjaga perdamaian.

UNIFIL didirikan pada 1978 untuk memantau penarikan pasukan Israel setelah mereka menginvasi Lebanon sebagai pembalasan atas serangan Palestina.

Pasukan ini diperkuat, setelah Hizbullah dan Israel terlibat perang besar pada 2006.

Colonna bertemu dengan para pejabat senior di Beirut pada Senin, sehari setelah mengunjungi Israel dan Tepi Barat yang diduduki, sebagai bagian dari upaya untuk meredakan situasi di perbatasan. [ns/jm]