Penjualan senjata selama delapan tahun terakhir pemerintahan Obama sangat baik. Laporan dari Yayasan Olahraga Menembak Nasional tahun 2016 menunjukkan, industri senjata tumbuh lebih dari 150 persen sejak Presiden Barack Obama terpilih pada tahun 2008.
Pakar baik dari pihak sayap kanan maupun sayap kiri menyatakan, pertumbuhan ini telah dipicu oleh kekhawatiran bahwa kepemilikan senjata akan dihilangkan lewat regulasi atau para pemilik senjata akan dituduh sebagai kriminal oleh apa yang oleh fihak sayap kanan disebut komplotan Demokrat, simpatisan sayap kiri, lobi anti senjata dan siapa pun yang mengusulkan agar senjata harus diregulasi.
Tapi Presiden terpilih Donald Trump mendukung amandemen kedua, yang berbunyi, "Sebuah milisi yang diregulasi secara baik, penting untuk keamanan sebuah negara yang bebas, hak rakyat untuk memiliki dan menyandang senjata tidak boleh dilanggar. "
Jika ekspansi besar-besaran industri senjata didorong oleh rasa takut bahwa fihak Demokrat akan menyusun produk legislatif yang menghilangkan kepemilikan senjata, maka pemilihan Trump sebagai presiden seharusnya akan menghilangkan ketakutan tersebut.
Tetapi sesuatu yang aneh terjadi menjelang musim liburan Natal ini. Selagi kegiatan belanja tahunan Natal di Amerika mulai hari Jumat lalu, sehari setelah Thanksgiving, Badan Penyelidik Federal atau FBI menerima 185.713 permintaan untuk pemeriksaan latar belakang calon pembeli senjata. Setiap permintaan itu berarti ada seseorang berniat membeli senjata pada hari belanja terbesar di Amerika itu.
Angka permohonan itu memecahkan rekor selama delapan tahun terakhir ini, dan menunjukkan bisnis penjualan senjata akan tetap menjadi bisnis yang baik, bahkan selama pemerintahan Trump berlangsung. [ps/jm]