Pasukan Pertahanan Israel pada hari Minggu (29/10) menekankan bahwa kelompok militan Hamas, dan bukan orang-orang Gaza, yang menjadi sasaran operasi militer mereka yang kini telah diperluas.
Namun, seiring dengan semakin banyaknya laporan dan video yang menunjukkan kerusakan parah di daerah-daerah sipil, pendekatan Israel dan dukungan yang diberikan Amerika terus mendapat sorotan. Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan di acara televise ABC This Week, menegaskan kembali posisi AS mengenai masalah ini.
“Apa yang kami berikan kepada Israel sesuai dengan hukum perang dan persyaratan yang harus diambil untuk melindungi nyawa orang yang tidak bersalah. Itu adalah persyaratan yang kami terapkan setiap kali kami mengirim senjata ke negara lain,” ujarnya.
Beberapa kerabat para sandera yang ditahan oleh Hamas pada serangan teror 7 Oktober terhadap Israel telah menyatakan kekhawatiran bahwa serangan darat tersebut bisa membahayakan mereka yang diculik. Namun Sullivan menambahkan bahwa ada beberapa upaya yang sedang dilakukan untuk membawa mereka pulang dengan selamat.
“Kiami siap mendukung jeda kemanusiaan sehingga para sandera bisa keluar dengan selamat. Dan kami akan terus mengupayakannya setiap hari,” imbuh Sullivan.
Menurut pensiunan Jenderal Angkatan Darat Robert Abrams, yang juga diwawancarai ABC, Perang untuk menghancurkan Hamas dianggap sebagai misi “hampir mustahil” yang bisa memakan waktu berbulan-bulan .
“Pertahanan yang akan dilakukan Hamas di kawasan perkotaan yang sangat padat, yang belum pernah kita saksikan dalam beberapa tahun terakhir, akan membutuhkan pertempuran yang sangat sengit dan sekaligus berusaha memastikan Israel tidak akan, secara tidak sengaja menarget lokasi para sandera tersebut,” katanya.
Your browser doesn’t support HTML5
Jenderal Abrams juga menguraikan hal-hal yang perlu diselesaikan setelah konflik militer berakhir.
“Hamas didirikan karena tidak adanya negara Palestina yang terpisah, sebuah solusi dua negara seperti yang dibicarakan banyak orang. Itu harus ada dalam pembahasan mengenai bagaimana akhir dari konflik ini, hal ini harus menjadi bagian (pembahasan),” tambahnya.
Sementara itu, Badan Pengungsi Palestina (PBB) pada Minggu menyuarakan kekhawatirannya bahwa serbuan orang-orang terhadap gudang bantuan di Gaza merupakan tanda mulai rusaknya tatanan sipil.
Peringatan PBB itu disampaikan ketika Paus Fransiskus memperbarui seruan bagi sebuah gencatan senjata di Gaza dan pembebasan para sandera, yang banyak di antaranya diyakini memiliki kewarganegaraan ganda. [my/lt]