Para pemerintah harus segera menangani masalah kapasitas di bandara-bandara karena permintaan perjalanan udara internasional makin meningkat, sedangkan infrastruktur tidak memadai, menurut Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) mengatakan, Senin (4/6/2018).
Seperti dilaporkan kantor berita AFP, infrastruktur industri penerbangan, seperti bandara dan sistem pengawasan lalu lintas udara tidak mampu mengikuti pertumbuhan penumpang yang diperkirakan akan naik hampir dua kali lipat menjadi 7,8 miliar, kata IATA yang mewakili 280 maskapai penerbangan dunia.
Beberapa bandara besar sudah mencari cara menangani krisis kapasitas, yaitu dengan mengatur jadwal waktu penerbangan. Beberapa maskapai penerbangan diberikan hak untuk beroperasi pada jam tertentu.
Namun, masih ada kebutuhan untuk membangun bandara baru, kata Kepala IATA Alexandre de Juniac dalam pertemuan tahunan IATA di Sydney.
"Kita sedang dalam krisis kapasitas. Dan kita tidak melihat adanya investasi infrastruktur bandara untuk menyelesaikan masalah itu," kata de Juniac. Dia menambahkan makin banyak pemerintah-pemerintah yang tidak memiliki dana cukup, menggandeng perusahaan swasta untuk meningkatkan kapasitas bandara.
Namun dia juga memperingatkan negara-negara untuk berhati-hati soal swastanisasi bandara karena banyak kasus yang "tidak memenuhi harapan maskapai penerbangan." Banyak maskapai penerbangan yang mengalami "pengalaman pahit."
IATA, Senin, memperkirakan lalu lintas penumpang udara akan naik 6,5 persen tahun ini menjadi 4,36 miliar. Sebelumnya, lalu lintas udara naik 7 persen dan 7,3 persen pada masing-masing 2016 dan 2017. [ft/dw]