Penyelidik PBB: Belarus Hadapi Krisis HAM yang Belum Pernah Terjadi

Presiden Alexander Lukashenko melakukan penindakan keras terhadap para pembangkang politik di Belarus.

Seorang penyelidik PBB menuduh pihak berwenang Belarus melakukan kebijakan penindasan dengan maksud membersihkan masyarakatnya dari apa yang digambarkan oleh pemimpin negara itu sebagai unsur pembangkang yang tidak diinginkan. Pelapor khusus PBB tentang situasi HAM di Belarusia menyerahkan laporannya kepada Dewan HAM PBB.

Penyelidik PBB Anais Marin mengecam pedas terhadap cara brutal yang digunakan oleh pemerintah Presiden Alexander Lukashenko untuk mengendalikan penduduknya. Ia mengatakan Belarus mengalami krisis HAM yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak pemilu presiden 9 Agustus, yang secara luas dipandang sebagai pemilu yang dicurangi.

BACA JUGA: PBB Samakan Pemerintah Belarus dengan Negara “Totaliter”

Dalam setahun terakhir, ia mencatat lebih dari 35.000 orang ditahan secara sewenang-wenang karena menggunakan hak mereka untuk kebebasan berkumpul secara damai atau mendukung para korban pelecehan. Marin menuduh pihak berwenang Belarus melancarkan serangan besar-besaran terhadap masyarakat sipil. Ia berbicara melalui seorang penerjemah.

“Ribuan orang mengalami kekerasan, pemukulan, penghinaan dan ancaman dari polisi. Saya diberitahu tentang penyiksaan secara sistematis atau bentuk-bentuk lain perlakuan yang merendahkan atau tidak manusiawi terhadap orang-orang yang ditahan,” kata Marin.

Marin mengatakan, tindakan keras pemerintah terhadap masyarakat sipil dan ketakutan akan pembalasan, mendorong puluhan ribu orang mencari keselamatan di luar negeri. Namun ia menambahkan, pihak oposisi tidak lagi merasa aman di manapun. Ini karena Belarus memaksa sebuah pesawat sipil mendarat di ibu kota, Minsk pada tanggal 23 Mei dengan satu tujuan, menangkap seorang pembangkang di pesawat itu. Ia berbicara melalui seorang penerjemah.

Komisaris Tinggi HAM PBB, Michelle Bachelet berbicara dalam sidang Dewan HAM PBB di Jenewa, Swiss.

“Insiden yang mengejutkan masyarakat internasional itu menyoroti keinginan pihak berwenang untuk mengakhiri segala bentuk pembangkangan. Membersihkan masyarakat dari unsur-unsur yang dianggap tidak diinginkan pemerintah. Saya sengaja menggunakan kata pembersihan…karena ini adalah bentuk pembersihan yang mengingatkan kita pada apa yang dipraktikkan oleh rezim totaliter,” tambahnya.

Duta Besar Polandia untuk PBB di Jenewa, Zbignew Czech menyampaikan pernyataan bersama atas nama 46 negara. Ia mengutuk pengalihan serangan dan pendaratan jet Ryanair serta penangkapan wartawan Raman Pratasevich dan rekannya, Sofia Sapega oleh otoritas Belarus.

“Tindakan itu membahayakan nyawa penumpang dan awak yang berarti serangan terhadap HAM dan pelanggaran terhadap norma-norma internasional. Kami menyesalkan penindasan yang berkelanjutan dan sistematis terhadap rakyat Belarus… Kami berdiri dalam solidaritas dengan wartawan yang dipenjara dan semua tahanan politik Belarusia yang jumlahnya mencapai 500.”

Your browser doesn’t support HTML5

Tindakan Keras Terhadap Pembangkang di Belarus


Atas nama 46 negara bagian, Ceko meminta Belarus untuk segera dan tanpa syarat membebaskan Pratasevich dan rekannya serta semua yang ditahan secara tidak adil. [ps/jm]