Penyelidikan AS Targetkan Blatter

Presiden FIFA Sepp Blatter dalam sebuah konferensi pers di markas besar FIFA di Zurich, Swiss, 2 Juni 2015.

Surat kabar Amerika menyebutkan bahwa Presiden FIFA Sepp Blatter sedang menjalani investigasi di Amerika terkait skandal korupsi yang melibatkan badan yang mengawasi sepak bola dunia itu.

Jaksa Agung AS Loretta Lynch menolak berkomentar tentang investigasi FIFA pada sebuah konferensi pers hari Selasa (2/6) di Riga, Latvia, tempat ia menghadiri Rapat Menteri Kehakiman dan Urusan Dalam Negeri Uni Eropa dan AS.

Berita bahwa Baltter, yang berusia 79 tahun, menjadi target penyelidikan oleh jaksa federal dan FBI beberapa jam setelah ia tiba-tiba mengundurkan diri dari posisinya yang diumumkan melalui konferensi pers di Zurich.

Blatter, yang baru saja terpilih kembali sebagai Presiden FIFA untuk periode ke-lima Jumat lalu (29/5), mengatakan bahwa ia, "tidak memiliki mandat dari seluruh dunia sepak bola; fans, pemain, klub, orang-orang yang hidup dan nafasnya untuk sepak bola dan sangat mencintai sepak bola di FIFA."

Ia mengakui bahwa "FIFA butuh restrukturisasi mendalam," dan menyatakan komitmennya untuk mencapai tujuan itu.

Para pekerja memperbaiki lampu poster iklan sponsor FIFA di luar stasiun kereta dekat stadion Piala Dunia di Sao Paulo.

Sponsor puji keputusannya

Banyak sponsor FIFA yang bernilai jutaan dolar memuji Blatter atas keputusannya untuk mengundurkan diri. Produsen minuman bersoda AS Coca-Cola mengatakan hal itu adalah "langkah positif untuk kepentingan olahraga, sepak bola dan para penggemar."

Chung Mong-Joon, salah satu milyuner pewaris konglomerat Hyundai dan mantan anggota eksekutif FIFA, mengumumkan bahwa dirinya mempertimbangkan untuk mencalonkan diri dalam pemilihan presiden FIFA di Seoul hari Rabu (3/6).

Blatter telah meminta pelaksanaan kongres luar biasa sepak bola untuk memilih presiden yang baru, dan mengatakan ia akan tetap memegang kekuasaan kepresidenan sampai presiden baru terpilih.

Pemilihan presiden FIFA yang baru tampaknya akan dilaksanakan beberapa bulan mendatang. Pengamat mengharapkan pemilihan dapat dilaksanakan antara Desember tahun ini dan Maret 2016.

Gabungan foto yang dibuat pada 27 Mei 2015 menunjukkan para petinggi FIFA (kiri ke kanan, dari baris teratas) Rafael Esquivel, Nicolas Leoz, Jeffrey Webb, Jack Warner, Eduardo Li, Eugenio Figueredo dan Jose Maria Marin

Pengumuman itu menjadi puncak dari minggu yang penuh gejolak bagi FIFA, yang dimulai sejak Rabu (27/5) ketika agen FBI dan polisi Swiss melakukan penggrebekan dalam rapat para petinggi federasi tersebut di Swiss dan menahan tujuh anggota untuk diekstradisi ke AS terkait dugaan korupsi.

Tujuh pejabat tersebut adalah sebagian dari empat belas orang yang terindikasi oleh Departemen Kehakiman AS telah melakukan pemerasan, penipuan, dan pencucian uang dengan skema yang menurut para jaksa melibatkan eksekutif media olahraga untuk membayar atau setuju membayar lebih dari 150 juta dollar AS untuk mendapatkan hak promosi turnamen.

Interpol, badan penegakan hukum global, mengeluarkan peringatan pada hari Rabu (3/6) untuk dua mantan pejabat FIFA dan empat eksekutif perusahaan berkaitan dengan penyelidikan yang sedang dilakukan oleh Amerika. Mereka yang berada di daftar "merah" adalah Jack Warner, mantan wakil presiden FIFA dan mantan presiden CONCACAF, dan Nicolas Leoz, mantan anggota komite eksekutif FIFA .

Pencucian uang, penyuapan

Pihak berwenang Swiss juga telah melakukan dua penyelidikan terpisah pada pihak-pihak yang dicurigai melakukan penyimpangan manajemen dan pencucian uang terkait pemilihan tuan rumah Piala Dunia 2018 di Russia dan 2022 di Qatar.

Investigasi juga telah dilakukan terkait penyuapan senilai 10 juta dollar kepada wakil Blatter untuk upaya menjadikan Afrika Selatan sebagai tuan rumah Piala Dunia 2010.