Kerumunan penyintas banjir yang marah melemparkan lumpur dan meneriaki Raja Spanyol Felipe VI dan pejabat pemerintah ketika mereka melakukan kunjungan pertama ke salah satu kota yang terdampak paling parah.
Badan penyiaran Spanyol RTVE melaporkan Perdana Menteri Pedro Sánchez terpaksa dievakuasi dari tempat kejadian ketika kontingen resmi mulai menapaki jalan-jalan Paiporta yang tertutup lumpur. Paiporta adalah salah satu daerah yang terdampak paling parah, di mana lebih dari 60 orang tewas.
Polisi harus turun tangan, sementara beberapa petugas yang menunggang kuda berupaya menghalangi puluhan orang yang melemparkan lumpur dan mengacungkan sekop dan tongkat ke udara. Ini merupakan insiden yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi sebuah keluarga kerajaan yang sangat berhati-hati dalam menampilkan citra seorang raja yang disukai oleh bangsanya. Namun kemarahan masyarakat atas penanganan krisis yang serampangan ini memuncak pada hari Minggu (3/11).
Ratu Letizia dan Presiden Regional Valencia Carlo Mazón juga berada dalam kontingen tersebut. Ada segumpalan kecil lumpur mengenai tangan dan lengannya saat dia berbicara dengan sejumlah perempuan. “Kami tidak punya air,” kata seorang perempuan kepada ratu.
Banyak warga yang masih belum mendapatkan air minum hingga lima hari setelah banjir melanda. Cakupan internet dan telepon seluler masih belum merata. Kebanyakan orang baru mendapatkan listrik kembali pada hari Sabtu (2/11). Toko-toko dan supermarket di kawasan itu hancur.
Sebagian kota Paiporta, yang berpenduduk 30 ribu jiwa, masih dipenuhi tumpukan sampah, sementara jumlah mobil yang terbalik dan sisa terpaan lumpur tak terhitung jumlahnya. Lebih dari 200 orang tewas akibat banjir hari Selasa (29/10) dan ribuan rumah hancur akibat gelombang banjir bandang mirip tsunami. [em/ab]