Peraih Nobel India Khawatir Covid-19 Dongkrak Kasus Buruh Anak

Peraih Nobel dan aktivis hak anak Kailash Satyarthi berbicara kepada media tentang perdagangan anak dan pelecehan seksual di Kanyakumari, India, 11 September 2017. (Foto: Reuters / Nita Bhalla)

Peraih Nobel Perdamaian India, Kailash Satyarthi, telah menyelamatkan ribuan anak dari momok perbudakan dan perdagangan manusia selama empat dekade belakangan. Namun, ia khawatir usaha tersebut berantakan karena dampak pandemi Covid-19 yang berkepanjangan dapat mengancam kehidupan anak-anak.

“Ancaman terbesar adalah jutaan anak dapat kembali ke masalah perbudakan, perdagangan manusia, pekerja anak, pernikahan anak,” kata Satyarthi yang dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 2014 untuk karyanya memerangi pekerja anak dan perdagangan anak di India.

Reuters melaporkan Senin (21/9), pandemi yang menghantam perekonomian India telah mendorong jutaan orang ke dalam jurang kemiskinan. Akibatnya, keluarga berada di bawah tekanan sehingga mempekerjakan anak-anak mereka demi memenuhi kebutuhan.

Organisasi PBB yang menaungi masalah anak-anak (United Nations Children's Fund/UNICEF) memperkirakan sekitar 10,1 juta anak masih berada dalam bentuk perbudakan di India. Namun, angka tersebut tercatat sudah mengalami penurunan dibandingkan sebelumnya.

BACA JUGA: Infeksi Virus Corona di India Melonjak Menjadi 5,4 Juta

Pekerja anak India dapat ditemukan di berbagai industri, seperti tempat pembakaran batu bata, penenunan karpet, pembuatan garmen, layanan rumah tangga, pertanian, perikanan dan pertambangan.

Pada awal bulan ini, organisasi Satyarthi yang didukung oleh polisi menyelamatkan puluhan gadis dalam penggerebekan di unit pengolahan udang di India barat.

“Begitu anak-anak jatuh ke dalam perangkap itu, mereka dapat ditarik ke dalam pelacuran dan dapat diperdagangkan dengan mudah ... ini adalah bahaya lain yang harus ditangani pemerintah sekarang,” katanya. Ia juga meyakini pelecehan seksual terhadap anak-anak juga meningkat akibat pandemi.

"Saya tidak bisa puas bahkan jika satu anak diperbudak ... itu berarti ada yang salah dalam pemerintahan kami, dalam ekonomi kami, dalam masyarakat kami. Kami harus memastikan bahwa tidak ada satu anak pun yang ditinggalkan," katanya kepada Reuters. [ah/au]