Presiden Perancis François Hollande melancarkan tekanan baru pada KTT lima negara Eropa dan lima negara Afrika Utara di Malta untuk membahas campur tangan militer di Mali utara.
Presiden Perancis François Hollande menyatakan yakin resolusi PBB akan segera disahkan yang akan membuka jalan bagi campur tangan militer yang dipimpin Afrika Barat di Mali utara.
Sementara kelompok Islam terkait al-Qaida menguasai Mali utara, Presiden Hollande mengatakan masih mungkin mengadakan dialog dengan kelompok-kelompok lain di kawasan itu yang tidak menganut terorisme atau separatisme. Namun, katanya, campur tangan militer merupakan prioritas utama.
Pernyataan Presiden Hollande itu disampaikan dalam KTT lima negara Eropa dan lima negara Afrika Utara. Pertemuan di Malta, yang berakhir Sabtu, itu membahas isu-isu mulai dari keamanan, terorisme sampai imigrasi dan krisis utang zona euro.
Presiden Hollande menyebut keamanan sebagai salah satu dari tiga prioritas untuk kerjasama di antara negara-negara Laut Tengah. Isu-isu lainnya adalah energi dan transportasi, serta warga muda Afrika Utara, yang berimigrasi ke Eropa karena kurangnya kesempatan kerja di negara masing-masing.
Seperti Presiden Perancis, Ketua Komisi Eropa Jose Manuel Barroso juga memrioritaskan isu keamanan di wilayah Sahel di Afrika yang bergolak.
Ketua Komisi Eropa itu mengatakan stabilitas merupakan unsur utama bagi penyatuan masyarakat-masyarakat demokratis dan terbuka di kawasan itu yang dipersulit bukan hanya oleh pergolakan “Revolusi Arab,” tetapi juga oleh kekacauan akibat konflik bersenjata seperti yang terjadi di Mali. Ia mengatakan baik Eropa maupun Afrika Utara harus mencegah munculnya apa yang disebutnya “Afghanistan baru,”
Masalah keuangan Eropa juga dibahas. Banyak pemimpin Eropa yang menghadiri KTT itu, terutama dari Spanyol, Portugal, dan Italia, kesulitan mengatasi utang negara dan defisit anggaran yang besar. Dalam pernyataan bersama, para pemimpin Eropa mengimbau pembentukan badan pengawas perbankan Uni Eropa tunggal yang akan bisa mulai beroperasi bulan Januari.
Sementara kelompok Islam terkait al-Qaida menguasai Mali utara, Presiden Hollande mengatakan masih mungkin mengadakan dialog dengan kelompok-kelompok lain di kawasan itu yang tidak menganut terorisme atau separatisme. Namun, katanya, campur tangan militer merupakan prioritas utama.
Pernyataan Presiden Hollande itu disampaikan dalam KTT lima negara Eropa dan lima negara Afrika Utara. Pertemuan di Malta, yang berakhir Sabtu, itu membahas isu-isu mulai dari keamanan, terorisme sampai imigrasi dan krisis utang zona euro.
Presiden Hollande menyebut keamanan sebagai salah satu dari tiga prioritas untuk kerjasama di antara negara-negara Laut Tengah. Isu-isu lainnya adalah energi dan transportasi, serta warga muda Afrika Utara, yang berimigrasi ke Eropa karena kurangnya kesempatan kerja di negara masing-masing.
Seperti Presiden Perancis, Ketua Komisi Eropa Jose Manuel Barroso juga memrioritaskan isu keamanan di wilayah Sahel di Afrika yang bergolak.
Ketua Komisi Eropa itu mengatakan stabilitas merupakan unsur utama bagi penyatuan masyarakat-masyarakat demokratis dan terbuka di kawasan itu yang dipersulit bukan hanya oleh pergolakan “Revolusi Arab,” tetapi juga oleh kekacauan akibat konflik bersenjata seperti yang terjadi di Mali. Ia mengatakan baik Eropa maupun Afrika Utara harus mencegah munculnya apa yang disebutnya “Afghanistan baru,”
Masalah keuangan Eropa juga dibahas. Banyak pemimpin Eropa yang menghadiri KTT itu, terutama dari Spanyol, Portugal, dan Italia, kesulitan mengatasi utang negara dan defisit anggaran yang besar. Dalam pernyataan bersama, para pemimpin Eropa mengimbau pembentukan badan pengawas perbankan Uni Eropa tunggal yang akan bisa mulai beroperasi bulan Januari.