Perancis, Jerman Bersatu Hadapi Penghentian Program Pengungsi AS

Menlu Jerman Sigmar Gabriel (Foto: dok).

Perancis dan Jerman membentuk front persatuan, Sabtu (28/1) untuk menghadapi penghentian program pengungsi Amerika oleh Presiden Donald Trump, dan Menteri Luar Negeri Jerman mengemukakan bahwa mengasihi tetangga atau sesama manusia merupakan bagian dari tradisi Kristen Amerika.

Setelah pertemuan hari Sabtu (28/1), Menteri Luar Negeri kedua negara, Jean-Marc Ayrault dan Sigmar Gabriel dari Jerman, mengatakan mereka ingin bertemu dengan Rex Tillerson, calon Trump untuk menteri luar negeri yang masih menunggu persetujuan Senat.

Ayrault mengatakan perintah Trump hari Jumat (27/1) yang melarang semua pengungsi memasuki Amerika Serikat selama empat bulan dan pengungsi dari Suriah yang dilanda perang selama waktu yang belum ditentukan “mengkhawatirkan kami.”

“Kita telah menandatangani kewajiban internasional, jadi menerima pengungsi yang melarikan diri dari perang dan penindasan merupakan bagian dari kewajiban kita,” kata Menteri Luar Negeri Perancis.

“Banyak masalah lain yang mengkhawatirkan kami,” katanya menambahkan. “Itulah sebabnya mengapa Sigmar dan saya juga membicarakan apa yang akan kami lakukan. Ketika rekan kami, Tillerson, dengan resmi diangkat, kami berdua akan menghubunginya,” kata Menteri Luar Negeri Perancis itu.

Gabriel, dalam perjalanan keluar negeri sejak diangkat hari Jumat, mengatakan pemberian perlindungan bagi kaum yang tertindas dan orang yang melarikan diri dari kematian adalah nilai-nilai barat yang sama-sama dianut oleh Eropa dan Amerika Serikat.

Trump memberlakukan larangan yang diperlukan untuk mencegah teroris Islam radikal memasuki Amerika Serikat.

Perintah itu dengan segera menghentikan sementara program yang tahun lalu memukimkan sekitar 85 ribu orang yang mengungsi dari perang, penindasan politik, kelaparan dan prasangka agama di Amerika Serikat.​ [gp]