Perancis Lancarkan Pencarian Pelaku Pembunuhan di Sekolah Yahudi

Presiden Perancis Nicolas Sarkozy (tengah) meninggalkan sinagog Nazareth, Paris (19/3).

Pemerintah telah meningkatkan peringatan kewaspadaan akan teror di bagian barat-daya Perancis ke satu tingkat di bawah keadaan darurat.

Perancis sedang melancarkan pencarian terhadap seorang bersenjata yang membunuh tiga orang anak-anak dan seorang guru agama Yahudi di sekolah Yahudi hari Senin di Toulouse.

Pemerintah telah meningkatkan peringatan kewaspadaan akan teror di bagian barat-daya Perancis ke warna 'merah tua', tingkat paling tinggi dan hanya satu tingkat di bawah keadaan darurat.

Keamanan di sekolah-sekolah Yahudi dan Muslim telah ditingkatkan dan pengawal ditempatkan di luar tempat-tempat agama.

Presiden Perancis Nicolas Sarkozy dan Perdana Menteri Francois Fillon menghadiri upacara mengenang korban di sebuah sinagog Paris Senin malam sementara ribuan warga berpawai dengan diam di ibukota Perancis itu.

Sarkozy telah menghentikan untuk sementara kampanye pemilihannya kembali sebagai Presiden. Calon presiden dari partai Sosialis Francois Hollande dan calon dari sayap kanan Marine Le Pen juga telah menghentikan untuk sementara kampanye mereka sebagai calon presiden.

Presiden Sarkozy telah menyerukan penyelenggaraan mengheningkan cipta di sekolah-sekolah Perancis Selasa pagi. Ia mengatakan motivasi anti-Yahudi dalam serangan itu sangat jelas.

Para saksi mengatakan orang bersenjata yang wajahnya tidak terlihat jelas karena menggunakan helm, menembaki sekolah Ozar Hatorah tidak lama sebelum memulai pelajaran pagi hari Senin. Para korban adalah tiga anak-anak dan seorang guru agama Yahudi. Penembak melarikan diri dengan sepeda motor.

Polisi Perancis mengatakan senjata api yang sama digunakan untuk membunuh tiga tentara Perancis keturunan Afrika dan Karibia pekan lalu, juga di Toulouse dan kota di dekatnya. Penyelidik mencurigai rasialisme mendorong pembunuhan itu.

Reaksi dunia atas penembakan sekolah hari Senin itu berupa kemarahan dan kengerian. Guru agama dan ke-3 anak itu mempunyai dwi-kewarganegaraan Perancis dan Israel. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengutuk penembakan itu dan mengatakan Israel akan melakukan apapun untuk membantu pihak berwenang Perancis menemukan si pembunuh.