Menteri dalam negeri Perancis hari Senin (8/6) mengumumkan, polisi tidak akan lagi mencekik tersangka dalam tahanan.
Cekikan diduga menjadi penyebab beberapa kasus sesak napas dan memicu kecaman baru setelah kematian George Floyd di Amerika. Pada konferensi pers di Paris, Menteri Dalam Negeri Christophe Castaner mengatakan "metode pencekikan akan ditinggalkan dan tidak akan lagi diajarkan di sekolah-sekolah kepolisian."
Teknik melumpuhkan di mana petugas menekan tersangka dengan lutut pada bagian yang rawan, seperti dilakukan petugas dalam kasus Floyd, digunakan di seluruh dunia dan telah lama menuai kritik. Anggota parlemen Perancis menyerukan agar praktik seperti itu dilarang.
Mendagri Castaner berbicara sementara pemerintah negara itu semakin didesak untuk mengatasi kebrutalan dan rasisme dalam kepolisian.
BACA JUGA: Fraksi Demokrat DPR AS Ajukan Reformasi Kepolisian Besar-BesaranPerancis dilanda beberapa protes dalam sepekan ini yang dipicu oleh kematian Floyd bulan lalu, yang membangkitkan kemarahan atas rasisme dan kebrutalan polisi di seluruh dunia.
Menteri dalam negeri mengatakan langkah itu bukan hanya reaksi atas peristiwa baru-baru ini tetapi hasil kerja berbulan-bulan komisi prosedur kepolisian. Ia menambahkan, hukuman lebih keras akan diterapkan pada kasus-kasus rasisme di dalam kepolisian, di mana proses disiplin seperti pemecatan akan diikuti oleh proses pidana. Castaner menyebut rasisme sebagai "kejahatan hina" yang tidak bisa diterima di dalam masyarakat Perancis.
Tiga hari setelah Floyd meninggal, seorang lelaki kulit hitam lainnya menggeliat di aspal jalan di Paris ketika seorang polisi menekan lehernya dengan lutut dalam penangkapan.[ka/jm]