Perancis Siap Laksanakan Revolusi Kotak Suara Hari Minggu

Dubes Perancis di AS, Gerard Araud (kanan), memberikan hak suaranya saat ia bergabung bersama warga Perancis lainnya yang tinggal di AS untuk memberikan hak suaranya dalam pilpres antara Emmanuel Macron dan Marine Le Pen, di Kedubes Perancis di Washington, D.C. tanggal 6 Mei 2017 (foto: REUTERS/Mike Theiler)

Hari Minggu akan menjadi akhir dari apa yang digambarkan para pengamat sebagai kampanye pemilihan presiden paling sengit dan memecah belah sejak berdirinya Republik Kelima Perancis saat warga Perancis mendatangi TPS hari Minggu.

Para pemilih di Perancis mendatangi TPS hari Minggu, mengakhiri apa yang digambarkan para pengamat sebagai kampanye pemilihan presiden paling sengit dan memecah belah sejak berdirinya Republik Kelima Perancis.

Pemilu itu bisa menandai awal baru bagi Perancis dan hubungannya dengan negara-negara Eropa lainnya, terlepas dari siapapun yang menang.

Beberapa jajak pendapat pada akhir kampanye menunjukkan Emmanuel Macron, yang berhaluan tengah, unggul dengan dukungan 62 persen, dan kandidat yang nasionalis dan anti-imigrasi Marine Le Pen dengan 38 persen.

Kampanye Macron Jumat malam mengatakan pihaknya telah menjadi “korban peretasan besar-besaran dan terkoordinasi” yang menyebabkan bocornya email-email kampanye. Dokumen-dokumen itu, baik yang asli maupun palsu, tersebar di media sosial.

Untuk pertama kalinya dalam sejarah, para pemilih Perancis akan memberikan suara dalam pilpres tanpa kandidat dari partai-partai tradisional yang terkemuka.

Pilihan mereka adalah antara Macron, seseorang yang pro-bisnis dan pro-Eropa, dan Le Pen, yang ingin Perancis keluar dari Uni Eropa dan menyetop sebagian besar imigrasi, terutama dari negara-negara mayoritas Muslim. [vm]