Perlintasan perbatasan Myanmar-China yang penting untuk jalur perdagangan telah dibuka sebagian, demikian pernyataan seorang pejabat kepada kantor berita AFP hari Minggu (15/1). Perbatasan itu ditutup selama tiga tahun terakhir karena perebakan pandemi virus corona.
Perebakan COVID-19 ikut menutup pos pemeriksaan Muse-Ruili, salah satu yang tersibuk di Asia Tenggara, pada April 2020 lalu.
Seorang pejabat di negara bagian Shan di bagian utara Myanmar mengatakan salah satu gerbang perbatasan kota Muse dibuka hari Sabtu pukul 7 pagi waktu setempat.
Wakil Ketua Bursa Komoditas Padi Muse (Muse Rice Commodity Exchange) U Min Thein mengatakan enam truk melakukan perjalanan estafet yang singkat di persimpangan Mang Wein.
“China saat ini hanya mengizinkan kami mengekspor makanan dan minuman,” ujarnya pada AFP.
Tetapi, ia menambahkan, mereka belum diizinkan mengirim barang-barang andalan ekonomi, termasuk beras, kacang-kacangan dan semangka. Produk-produk itu masih diharuskan menggunakan gerbang perbatasan Kyinsankyawt, di luar Muse.
BACA JUGA: Diperkirakan 900 Juta Orang di China Tertular COVIDMenurut media pemerintah, pos pemeriksaan Kyinsankyawt baru dibuka sebagian dalam kondisi serupa pada Mei tahun lalu.
U Min Thein mengatakan pada hari Sabtu (14/1), China mengekspor peralatan konstruksi dan industri, peralatan listrik, peralatan medis, barang konsumen dan rumah tangga, serta produk makanan. “Tetapi China belum mengizinkan orang melintasi perbatasan,” tambahnya.
Pembukaan kembali pos pemeriksaan Muse terus menerus terhenti oleh kedua pihak, dan kota Ruili di China telah beberapa kali ditutup untuk membatasi perebakan luas COVID-19.
China baru-baru ini mengumumkan diakhirinya kebijakan nol-COVID. Tetapi kemudian mengalami lonjakan kasus baru. [em/ka]