Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha mendesak masyarakat agar tidak panik setelah negara itu mengukuhkan kasus pertama Sindroma Pernafasan Timur Tengah (MERS).
"Tolong jangan panik. Kami sedang menangani masalah ini. Jika ada yang ragu-ragu terhadap gejala yang dialami, silakan hubungi rumah-rumah sakit. Kita harus saling bantu, dan harap berhati-hati," ujar Chan-ocha kepada wartawan, Jumat.
Seorang pasien jantung dari Oman dikonfirmasi Kamis sebagai pasien pertama MERS di Thailand.
Perdana Menteri Thailand mengatakan negaranya sangat siap menangani situasi ini, berdasarkan pengalaman masa lalu. "Enam puluh sembilan rumah sakit yang berpengalaman menangani SARS dan flu burung kini juga menangani kasus MERS. Mereka akan memeriksa apakah staf medis dan peralatan memadai, dan kesiapan ruang karantina," ujarnya. "Itu sebabnya kami mampu mengidentifikasi laki-laki itu karena selama ini kami selalu waspada."
Kepada VOA, pejabat-pejabat mengatakan, seorang dokter di Rumah Sakit Internasional Bumrungrad menduga pria tersebut mengidap MERS karena ia datang dari luar negeri, mengeluh mengalami gangguan pernafasan dan demam.
Lima puluh sembilan orang lainnya sedang diamati karena mengidap gejala yang sama baik di rumah sakit maupun di rumah. Mereka adalah para penumpang yang duduk dua baris di depan atau di belakang laki-laki Oman tersebut dalam penerbangan ke Bangkok, petugas kesehatan, karyawan hotel dan sopir taksi, menurut Thanarath Phalipat, direktur biro epidemiologi Departemen Kesehatan Thailand.