Sejumlah anggota parlemen Taiwan saling berteriak dalam sidang parlemen yang ramai, Selasa (21/5), mengindikasikan masalah yang akan dihadapi Presiden baru Lai Ching-te. Hanya sehari setelah upacara pelantikannya, para politisi dari kedua belah pihak mengacungkan tanda protes dan terlibat dalam perdebatan sengit.
"Hari ini adalah hari kedua (Presiden Lai) menjabat. Jika ada konflik lagi di parlemen, bagaimana kami dapat menjelaskan hal ini?," tanya ketua parlemen, Han Kuo-yu, dari partai oposisi Kuomintang (KMT).
"Diam!" teriak sejumlah anggota parlemen dari Partai Progresif Demokratik (DPP) pimpinan Lai, yang gagal memperoleh mayoritas di parlemen setelah memenangkan pemilu Januari.
Kini DPP menghadapi koalisi oposisi yang terdiri dari KMT yang sudah lama berdiri yang dianggap lebih bersahabat dengan Beijing, yang mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya, dan Partai Rakyat Taiwan (TPP) yang baru berdiri.
Aliansi oposisi telah mengajukan rancangan undang-undang untuk memperluas kekuasaan legislatif, yang menurut DPP akan dilakukan aliansi itu tanpa konsultasi yang tepat.
Setelah terjadi pertikaian di parlemen pada Jumat antara anggota parlemen mengenai masalah tersebut, sidang dilanjutkan pada Selasa dengan anggota DPP membentangkan spanduk raksasa bertuliskan "Tidak untuk perluasan kekuasaan".
“Saya merasa seperti berada di Kongres Rakyat Nasional China… langkah-langkah yang diusulkan oleh KMT sebenarnya menguntungkan China,” kata Ker Chien-ming dari DPP.
Sementara itu, anggota parlemen oposisi melambaikan plakat bertuliskan “Parlemen perlu reformasi”.
Di antara lima rancangan undang-undang yang diusulkan, yang paling kontroversial adalah pelanggaran “penghinaan terhadap parlemen”, yang secara efektif mengkriminalisasi pejabat yang tidak mau bekerja sama dalam penyelidikan legislatif, yang menurut para kritikus dapat dimotivasi oleh politik subjektif.
Di luar gedung parlemen yang dikenal sebagai Legislatif Yuan, para pengunjuk rasa berkumpul sepanjang hari hingga berjumlah ribuan sekitar pukul 17.00 waktu setempat, sambil membawa poster bertuliskan "Saya membenci parlemen".
“Dibutuhkan banyak upaya untuk mengeluarkan negara ini dari darurat militer selama 38 tahun dan menjadikannya negara demokratis terbaik di Asia. Namun sekarang parlemen kami mengambil tindakan balasan terhadap demokrasi,” kata Cheng Li-lin, seorang pensiunan.
“Amandemen tersebut dapat mengubah parlemen menjadi entitas diktator.”
"Saya berharap parlemen dapat bekerja dengan cara yang terhormat dan menunjukkan rasa hormat terhadap prosedur... Setiap orang harus memperjuangkan ini," kata waria Taiwan Nymphia Wind, yang terkenal karena kemenangannya dalam reality show terkenal "RuPaul's Drag Race", yang datang untuk mendukung pengunjuk rasa dengan warna kuning khasnya.
Mahasiswa Lin Pei-ying, 19 tahun, mengatakan dia mendukung reformasi parlemen "tetapi tidak dengan cara ini".
Pada Jumat, setelah pertarungan parlemen, para pendukung DPP bergerak cepat di luar Legislatif Yuan untuk memprotes rancangan undang-undang tersebut dan kekerasan yang ditimbulkannya, yang menurut media lokal menyebabkan sejumlah anggota parlemen dari DPP dan KMT terluka. [ab/ns]