Mahasiswa Amerika telah menjadi korban Covid-19, mereka bukan saja menghadapi ketidak pastian setelah di wisuda di saat pandemi, namun juga meninggal dunia sebelum lulus seperti seorang mahasiswa di New York. Kegigihan dan perjuangannya dikenang oleh perguruan tinggi di mana ia menempuh pendidikan.
Ahava Ehrenpreis menunjukkan foto kelulusan mendiang putranya Saadya. Tersenyum dan tertawa, teringat betapa bersemangatnya ia lulus dari Universitas Yeshiva.
"Gambar ini menunjukkan semuanya. Saya harap ia sempat melihatnya karena kami menerimanya persis sebelum ia terkena Covid," kata Ahava Ehrenpreis.
Saadya Ehrenpreis, yang menderita down syndrom terdaftar dalam program tiga tahun, di Makor College Experience, di Universitas Yeshiva.
BACA JUGA: Kompetisi Olahraga Dibatalkan, Universitas dan Perguruan Tinggi AS Rugi BesarPada akhir Maret lalu ia dirawat di rumah sakit akibat Covid-19. Setelah diintubasi dan berjuang selama lima minggu, ia meninggal karena virus corona. Hanya satu bulan sebelum ulang tahunnya yang ke-36 dan lulus kuliah.
"Virus corona ini seperti wabah hitam karena ia sebelumnya benar-benar sehat. Tidak ada masalah kesehatan sebelumnya, ia masih muda, kuat dan bersemangat. Saya tidak tahu apakah aspek down syndrome itu berperan," kata Ehrenpreis.
Sebelum kematiannya, Ehrenpreis menikmati kehidupan. Ia pergi ke Israel, lulus sekolah menengah, belajar Taurat dan kuliah di perguruan tinggi
"Saadya diberkati. Ia memiliki kepribadian yang luar biasa. Ia dilahirkan sebagai anak yang periang. Kesukaannya termasuk musik dan pizza. Ia sangat menekuni belajar Torah. Ia juga senang berada di Universitas Yeshiva," ujar Ehrenpreis.
Pengetahuan besar Ehrenpreis mengenai Yeshiva berasal dari almarhum ayahnya, yang selama bertahun-tahun menjadi anggota fakultas Universitas Yeshiva .
Stephen Glicksman adalah direktur inovasi klinis, di Makor College Experience.
"Ia sangat menanti kelulusannya karena ayahnya berada di fakultas di Universitas Yeshiva selama bertahun-tahun dan lulus semacam langkah berikutnya, bagi Ehrenpreis," kata Glicksman.
BACA JUGA: Northwestern University Kembangkan APD Pintar untuk Lindungi Pekerja KesehatanMeskipun ia tidak bisa menyaksikan upacara wisuda virtual YU, Ehrenpreis dan anggota masyarakat lainnya yang meninggal karena virus corona tetap mendapat penghormatan.
"Sangat menyedihkan, mengetahui ia kehilangan sesuatu yang sangat dinantikannya. Saya mendapat ketenangan dengan meyakini ia tidak terlewatkan. Ia menyaksikannya. Saya juga senang mengetahui bahwa ia benar-benar ingin rekan-rekannya merayakan, bahagia dan hidup seperti ketika ia menggapai mimpinya. Memiliki waktu hidup mereka," ujar Glicksman.
Your browser doesn’t support HTML5
Teman kuliahnya dan sesama wisudawan Jonah Goldstein, menyaksikan wisuda mengenakan toga dan jubah wisudawan dengan cermat. Tersenyum dan menunjuk ke layar ketika perguruan tinggi itu memberi kehormatan pada Ehrenpreis.
"Ia orang yang hebat. Baik hati. Ia selalu bersama kami. Ia bersama-sama saya di manapun," kata Goldstein.
Sebulan setelah kematiannya, Ibu Ehrenpreis terus menerima surat dan doa dari mereka yang merasa tersentuh dan terinspirasi kehidupan putranya. [my/jm]