Enam tahun lalu, hampir 200 negara menandatangani Persetujuan Iklim Paris. Mereka sepakat untuk mempertahankan kenaikan 1,5 derajat Celcius suhu global, angka di atas masa pra-industri. Para ilmuwan mengatakan ambang batas itu suhu minimum yang mutlak untuk menghindari bencana perubahan iklim.
Pada saat mengakhiri COP26 baru-baru ini di Glasgow, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengeluarkan peringatan keras itu kepada 200 negara yang berkumpul untuk membicarakan perubahan iklim — dan bagaimana memperlambatnya.
Pertemuan puncak itu menetapkan batas waktu tahun 2030 bagi pengurangan drastis emisi rumah kaca yang ditetapkan enam tahun lalu di COP21 di Paris.
Mantan sekretaris eksekutif Konvensi Iklim PBB, Christiana Figueres mengingat peristiwa bersejarah tersebut. “Ini adalah terobosan nyata bagi PBB yang memiliki suara bulat sepenuhnya dan secara hukum mengikat untuk dekarbonisasi ekonomi global,” tandasnya.
John Kerry, Menteri Luar Negeri saat itu, menandatangani perjanjian tersebut untuk AS. “Benar-benar momen yang menyenangkan ketika 196 negara berkumpul bersama-sama. Semua ingin mengarah ke tujuan yang sama, menyadari dampak yang ditimbulkannya,” ujar Kerry.
2015 adalah tahun terpanas dalam catatan. Sejumlah ilmuwan memastikan itu sebagai bukti pemanasan global adalah serius dan nyata. Akan tetapi rekor tersebut memburuk karena planet Bumi semakin panas dari tahun ke tahun.
Organisasi Meteorologi Dunia mengatakan bumi didorong ke wilayah yang belum terpetakan, akibat naiknya permukaan laut, gletser yang mencair, dan peristiwa cuaca ekstrem yang "tanpa henti".
WMO memperingatkan cuaca "ekstrim" kini menjadi normal baru.
Meski demikian, baik Figueres dan Kerry tetap optimis.
“Kita bergerak menuju arah yang benar. Pertanyaannya adalah momentumnya. Menurut saya, semua orang kembali dari Glasgow dengan perasaan dan momen yang diperbaharui,” kata Figueres.
Your browser doesn’t support HTML5
Sekarang, Kerry menjadi utusan khusus Presiden Biden untuk urusan iklim. Ia kembali ke Paris minggu ini sebagai bagian dari tur keliling Eropa untuk meyakinkan para pemimpin dunia bahwa AS kembali bergabung, setelah mantan Presiden Donald Trump menutup pintu terkait masalah iklim.
“Tidak ada satu negara pun yang bisa menyelamatkan ini sendirian. Semuanya harus bertindak,” tambah Kerry.
Hal itu merupakan kesimpulan utama dari KTT Glasgow — ketika negara-negara berkembang memohon kepada tetangga mereka yang lebih kaya untuk tidak lengah dan puas dengan apa yang telah dicapai, namun terus berusaha keras memenuhi tenggat waktu tahun 2030 tersebut, untuk menyelamatkan satu-satunya planet Bumi milik kita. [mg/jm]