Situasi semakin intens. Ini yang disampaikan Ketua DPR – yang juga tokoh Partai Demokrat – Nancy Pelosi, merujuk pada apa yang akan terjadi pekan ini ketika anggota-anggota Kongres memberikan suara atas RUU infrastruktur bipartisan senilai satu triliun dolar, dan sekaligus mempertimbangkan paket pengeluaran sosial bernilai 3,5 triliun dolar yang didukung Partai Demokrat.
Agenda domestik pemerintahan Biden pekan ini menghadapi ujian besar. Para pemimpin di Kongres sedang merundingkan waktu untuk melangsungkan pemungutan suara bagi RUU infrastruktur bipartisan, yang akan meningkatkan anggaran untuk pembangunan jalan, jembatan dan proyek-proyek lainnya. Sebagian anggota Partai Demokrat yang progresif mengatakan tidak akan menyetujui paket bernilai satu triliun dolar itu kecuali jika RUU pengeluaran sosial yang bernilai 3,5 triliun dolar – yang merupakan bagian dari program utama Biden “Build Back Better” – juga diputuskan lewat jalan pemungutan suara.
Dalam program “This Week” di stasiun ABC, Ketua DPR Nancy Pelosi mengatakan RUU dengan nilai yang lebih kecil tampaknya akan dibahas lebih dulu, sementara nilai paket yang lebih besar tampaknya akan dipangkas seiring berlangsungnya perundingan.
“Ini bukan pertentangan diantara kelompok moderat dan progresif. Secara keseluruhan, seluruh kaukus kami – kecuali sebagian yang pandangannya juga saya hormati – mendukung visi Joe Biden. Kami akan meloloskan, akan membuat kemajuan pekan ini,” ujarnya.
BACA JUGA: DPR AS Dijadwalkan Bahas RUU Infrastruktur Bernilai $1 TriliunMeskipun demikian isu lain membayangi. Menurut sebuah laporan terbaru, pemerintah akan mulai kehabisan dana di sekitar pertengahan Oktober. Kongres harus menaikkan batas utang sehingga dapat meminjam uang untuk membayar beragam pengeluaran yang sudah disetujui, termasuk untuk militer dan jaminan sosial.
Pekan lalu pemimpin minoritas Senat Mitch McConnell mengatakan Partai Republik tidak akan membantu Partai Demokrat menaikkan pagu utang, dengan alasan Partai Demokrat harus meloloskannya sendiri karena mereka juga siap meloloksna RUU bernilai 3,5 triliun dolar, yang banyak ditentang Partai Republik.
“Jangan bermain 'Russian roulette' dengan perekonomian kita. Tingkatkan dan naikkan plafon utang untuk menutupi semua yang telah dimulai sepanjang tahun ini,” ujarnya.
Tetapi yang bakal menjadi taruhan besar adalah potensi penghentian sebagian operasi pemerintah akhir pekan ini jika Kongres tidak meloloskan UU belanja. Senat selanjutnya diharapkan akan mempertimbangkan RUU yang disahkan DPR, yang akan memperbesar batas pembelanjaan, meningkatkan utang dan memberian bantuan kepada masyarakat yang terkena dampak bencana alam dan para pengungsi Afghanistan. [em/jm]