Belasan anak langsung berlari masuk sebuah rumah di pinggiran kota Solo, Rabu (6/12) sore. Mereka berebut masuk dua kamar yang di dalamnya berisi deretan tempat tidur dan lemari. Papan prasasti bertuliskan Rumah Shelter ADHA terpasang di tembok bagian dalam rumah tersebut. Kementerian Sosial, Pemkot Solo, dan salah satu perusahaan retail hari Rabu (6/12) ini meresmikan bangunan untuk Anak dengan HIV AIDS atau ADHA di Solo.
Direktur Rehabilitasi Sosial, Tuna Sosial dan Korban Perdagangan Orang Kementerian Sosial Sonny W. Manalu mengatakan, bangunan rumah untuk ADHA ini baru pertama kali ada di Indonesia. Menurut Sonny, rumah untuk ADHA di Solo ini bisa menjadi pilot project atau percontohan bagi daerah lain.
“Pemerintah daerah–daerah lain, mari kita contoh apa yang dilakukan pemkot, terutama Walikota Solo ini. Konkret tidak banyak bicara, hasilnya nyata sekarang ini. Rumah bagi ADHA. Sekarang anak-anak itu semua merasa nyaman, aman, dimanusiakan. Lihat tempat tidurnya, nyaman dan empuk, layak, ditambah bantal, lemari, peralatan memasak. Kita juga tambah fasilitas pendingin ruangan, jangan sampai anak-anak dengan HIV AIDS itu menderita lagi. Mereka sudah menderita ditinggal orang tuanya, yatim piatu, dibuang keluarganya, menderita karena virus HIV AIDS, bukan karena salah anak-anak ini yang ADHA. Kenapa kita tidak merawat mereka,” ujar Sonny.
Sementara itu, Walikota Solo Hadi Rudyatmo menegaskan, rumah bagi ADHA ini berada di aset milik Dinas Sosial Pemkot Solo. Rudy menjamin keberadaan rumah bagi ADHA tidak lagi menghadapi penolakan warga setempat.
“Tanah dan bangunan ini ternyata aset milik Dinas Sosial Pemkot Solo. Kalau sejak dulu tahu ada aset ini, ya kita bangun rumah ADHA ini sejak lama. Kita pilih di sini apakah karena ada penolakan warga yang lokasinya selama ini dipakai untuk rumah kontrakan ADHA ini? Bukan. Kita pilih disini karena lokasinya strategis, dekat jalan raya, kalau terjadi apa-apa dengan kondisi kesehatan ADHA ini kita langsung bawa ke rumah sakit, banyak di dekat sini. Kalau di rumah kontrakan di dalam kampung kan susah, jadi bukan karena penolakan warga, mereka kita tempatkan di sini,” kata Rudy.
Rumah ini berkapasitas 20 orang dan kini dihuni 12 ADHA dengan beberapa pendamping atau relawan. Presiden Direktur Lottemart Indonesia, Yoseph Vincensius Buntaran, sebagai penyandang dana tanggung jawab sosial perusahaan membangun rumah untuk ADHA di Solo ini mengungkapkan keprihatinannya pada masa depan ADHA.
“Menurut pemikiran kami, ini salah satu cara yang paling baik untuk memberikan kesempatan kepada anak-anak yang kena HIV AIDS. Bukan dia yang ingin sakit seperti itu, tetapi mereka dapatkan dari orang tuanya,” tukas Yoseph.
Pengelola shelter ADHA Solo dari LSM Lentera, Yunus Prasetyo mengatakan selama ini masih ada diskriminasi masyarakat pada ADHA. Yunus mengaku lega kini ADHA memiliki rumah shelter sendiri karena selama ini mereka berpindah-pindah dan selalu ditolak masyarakat setempat.
“Teman-teman, perlu diingat, 6 Desember dua tahun lalu, kami dan ADHA yang kami rawat diusir masyarakat, kami berpindah tempat, di Solo. Dua-tiga kali kami harus berpindah-pindah karena ditolak warga. Kontrakan kami saat ini, masyarakat sekitar juga sudah sering bertanya pada kami kapan pindah dari kampungnya. Ini yang kami rasakan selama ini,” tutur Yunus.
Rumah tersebut berada di wilayah Timur Solo. Rumah yang dikelilingi pepohonan ini memiliki 2 kamar tidur masing-masing untuk 6 anak, satu kamar tidur dilengkapi tabung oksigen dan peralatan medis, satu kamar mandi, satu unit dapur digabung ruang keluarga, dan halaman belakang berpagar tembok yang berbatasan langsung dengan akses jalan besar yang dekat dengan sejumlah rumah sakit.
Tahun 2017 ini Kementerian Sosial menargetkan pembangunan panti rehabilitasi bagi ODHA dan ADHA di tiga daerah yaitu Sukabumi, Medan, dan Ternate. [ys/uh]
Your browser doesn’t support HTML5