Pertempuran Baru Ancam Pembicaraan Perdamaian Suriah

Utusan khusus PBB untuk Suriah, Staffan de Mistura, di Jenewa, Swiss (13/4).

Utusan khusus PBB untuk Suriah, Staffan de Mistura, yang memantau pembicaraan, mengatakan bahwa bantuan kemanusiaan sulit menembus kota-kota yang dikepung.

Utusan pemerintah Suriah dijadwalkan menghadiri pembicaraan perdamaian dengan perwakilan-perwakilan oposisi di Jenewa, Jumat (15/4). Pembicaraan ini merupakan putaran yang ketiga sejak Januari, namun ada kekhawatiran bahwa gencatan senjata yang memungkinkan berlangsungnya perundingan itu akan berakhir.

Pertempuran baru membayangi putaran terkini pembicaraandi Jenewa. Sebuah video yang diunggah di Internet menunjukkan situasi lapangan setelah serangan udara pemerintah di kota Homs. Sejumlah bentrokan sengit juga dilaporkan berlangsung di sekitar Aleppo, sebuah kota yang dikuasai pemberontak.

Utusan khusus PBB untuk Suriah, Staffan de Mistura, yang memantau pembicaraan, mengatakan bahwa bantuan kemanusiaan sulit menembus kota-kota yang dikepung.

"Saya tidak dapat mengabaikan kenyataan bahwa setiap orang dalam pertemuan itu benar-benar kecewa, banyak di antara mereka sungguh-sungguh frustrasi, dengan ketidakberhasilankonvoi-konvoi bantuan kemanusiaan menjangkau sejumlah kawasan tertentu," kata Staffan de Mistura.

Kesulitan itu menyiratkan bahwa gencatan senjata semakin sulit dipertahankan. Ben Barry adalah pengamat dari Lembaga Internasional untuk Kajian Strategis.

"Semakin menurun ketegangan di garis depan, semakin mudah konvoi bantuan kemanusiaan menembusnya.Dengan ketegangan yang semakin meningkat,semakin sulit pula konvoi bantuan itu melaksanakan misinya.Apalagi ada bukti bahwa pemerintah Suriah tampaknya mempersiapkan serangan besar di sekitar Aleppo," kata Ben Barry.

Oposisi Suriah yang pada pembicaraan kali ini diwakili kelompok payung yang disebut Komisi Tinggi Perundingan mengatakan, Kamis (15/4), mereka akan mengakui pemerintahan transisi yang mencakup tokoh-tokoh pemerintahan sekarang.

"Kami tidak akan menolaknya sepanjang orang yang mereka tunjuk bukan penjahat, sepanjang orang yang mereka tunjuk bukan yang terlibat dalam pembunuhan warga Suriah," kata Salim al-Muslat, juru bicara kelompok oposisi.

Pihak oposisi bersikeras menuntut agar Presiden Suriah Bashar al-Assad tidak menjadi bagian dari masa depan negara itu.Namun, para perunding yang mewakili pemerintah Suriah yang bergabung dalam pembicaraan mulai Jumat ini mengatakan pihak oposisi sedang bermimpi.

"Kita harus bergerak maju, kita harus melupakan, atau kita menginginkan agarpihak-pihak lain melupakan, mimpi selama lima tahun terakhir, dan hadir dengan solusi nyata bagi persoalan yang kita hadapi," kata Wakil Menteri Luar Negeri Suriah Faisal Mekdad.

Para analis mengatakan, tidak jelas siapa yang mengarahkan delegasi pemerintah Suriah. "Ada bukti faksi-faksi politik yang berbedaberusaha mencari pengaruh, dan, saya kira, siapa yang merancang aturan mainbagi delegasi Pemerintah Suriah dalam perundingan perdamaian ini merupakan pertanyaan penting," kata Ben Barry.

Utusan AS untuk PBB menyuarakan keprihatinannya bahwa pertempuran baru di Aleppo bisa mengganggu pembicaraan perdamaian dan mendesak sekutu penting Presiden Assad, Rusia, untuk mendorong rezim Suriah mematuhi kesepakatan gencatan senjata. [ab/lt]