Pertemuan Kerry dan Putin Diharapkan Sebagai Awal Pemulihan Hubungan AS dan Rusia

Pertemuan Menlu AS John Kerry dan Presiden Rusia Vladimir Putin

Pertemuan Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pekan ini memunculkan harapan kemungkinan mencairnya hubungan bilateral setelah berada pada titik terendah pasca Perang Dingin gara-gara Ukraina. Namun, menurut analis politik, masih ada perbedaan mencolok antara Amerika dan Rusia, dan situasi di Ukraina masih labil.

Analis politik setuju pertemuan empat jam antara Menteri Luar Negeri Amerika Kerry dan Presiden Rusia Putin merupakan kontak pertama antara Amerika dan Rusia.

Meskipun bersitegang soal Ukraina, kedua pihak mengadakan diskusi rutin, termasuk pembicaraan telepon antara presiden masing-masing dan berbagai pertemuan antara diplomat kedua negara.

Namun, menurut Direktur Carnegie Moscow Center, Dmitri Trenin, pembicaraan langsung dengan Putin lebih signifikan karena Putin diyakini sebagai satu-satunya pembuat keputusan yang sebenarnya di Kremlin.

"Saya tidak memperkirakan hubungan akan mencair. Menurut saya, perbedaan keduanya cukup serius. Tidak bisa dijembatani dalam satu pertemuan. Harus ada pertemuan lanjutan. Tetapi, penting bahwa dialog itu setidaknya naik ke tingkat itu," kata Trenin.

Pertemuan terakhir Kerry dengan Putin terjadi tahun 2013 sebelum hubungan Amerika dan Rusia memburuk karena Rusia memberi suaka kepada mantan kontraktor Badan Keamanan Nasional Amerika, Edward Snowden. Snowden membocorkan informasi rahasia Amerika tentang program mata-mata elektronik besar-besaran sebelum melarikan diri ke Rusia.

Hubungan kedua negara anjlok ke posisi terendah baru gara-gara pencaplokan Krimea oleh Rusia dan dukungan militer berkelanjutan bagi pemberontak pro-Rusia di Ukraina timur. Bentrokan tahun lalu dengan pasukan pemerintah Ukraina menewaskan sekitar 7.000 orang, umumnya warga sipil yang terperangkap dalam tembak-menembak.

Menurut Trenin, memburuknya hubungan Amerika dan Rusia juga mempengaruhi upaya perdamaian di Suriah, yang selama empat tahun ini dilanda perang saudara dan lebih dari 200 ribu orang tewas.

Dalam jumpa pers bersama setelah pertemuan di Sochi, Menteri Kerry dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov secara jelas menyampaikan nada perdamaian, termasuk mengenai Ukraina.

Walau tidak sependapat tentang penyebab konflik itu, keduanya mengakui Kyiv dan pemberontak selama ini telah melanggar gencatan senjata dan berjanji akan menggunakan pengaruh masing-masing untuk menghentikan pertempuran.

Pertemuan itu terjadi sementara ada kekhawatiran munculnya gelombang baru pertempuran antara pemberontak yang didukung Rusia dan pasukan pemerintah di dekat kota pelabuhan Mariupol, Ukraina.

Trenin mengatakan Kremlin mendesak negara-negara Barat agar menerima kewenangannya atas Krimea sebagai ganti atas penerimaan Rusia terhadap otoritas Ukraina menguasai wilayahdi tenggara yang dikuasai pemberontak. yang dikenal sebagai Donbas.

Pengamat mencatat isu Krimea tidak dibahas dalam jumpa pers bersama itu.

Namun, analis mengatakan, pemerintah-pemerintah Barat dan Kyiv sepertinya tidak akan menyerah pada tekanan Rusia karena itu akan melegitimasi pelanggarannya atas hukum internasional. Kanselir Jerman Angela Merkel, dalam kunjungan ke Moskow hari Minggu, menyebut aneksasi Krimea sebagai "kriminal."*