Arab Saudi telah berhasil mengumpulkan lebih dari 40 negara yang berbeda, termasuk AS, China, dan India, dan lainnya dari Global South (negara-negara berkembang), untuk membahas konflik di Ukraina.
Hari kedua konferensi perdamaian Ukraina di kota pelabuhan Jeddah diisi dengan serangkaian pembicaraan bilateral. Para pejabat senior dari Ukraina dan Barat yang mendukungnya, seperti AS dan Uni Eropa, hadir serta anggota Global South (negara-negara berkembang), yang netral atau bahkan sekutu Rusia dalam konflik Rusia-Ukraina.
Ini adalah pertama kalinya China berpartisipasi dalam forum semacam itu. Beijing telah menjaga hubungan ekonomi dan diplomatik yang erat dengan Rusia, dan menolak seruan internasional untuk mengutuk Moskow. Rusia tidak hadir, tetapi memantau pembicaraan ini.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyatakan terima kasih kepada Arab Saudi sebagai penggagas dan tuan rumah pertemuan ini.
“Ini sangat penting karena isu-isu seperti ketahanan pangan dan nasib jutaan orang di Afrika, Asia, dan belahan dunia lainnya secara langsung bergantung pada seberapa cepat dunia mengimplementasikan Formula Perdamaian. Saya berterima kasih kepada Arab Saudi karena menyediakan platform ini untuk negosiasi,” ujar Zelenskyy.
Para pengamat dan pejabat Barat mengatakan diplomasi Saudi penting dalam keberhasilannya menghadirkan China dalam pembicaraan tersebut.
Dania Koleilat Khatib, analis dan Kepala Pusat Penelitian Kerjasama dan Pembangunan Perdamaian di Beirut, mengatakan kepada VOA kegelisahan Timur Tengah bahwa Amerika telah menarik diri dari kawasan tersebut mendorong Arab Saudi untuk memperluas hubungannya di tempat lain. China adalah mitra dagang terbesar Arab Saudi, dan telah membantu negara kerajaan itu memperbaiki hubungan dengan saingannya, Iran.
Namun, ujar Khatib, Amerika pula yang ingin terlibat dengan Arab Saudi dan mendorongnya untuk berkiprah dengan upaya diplomatiknya.
“Saudi bersedia dan ingin mendiversifikasi mitra-mitarnya dan tidak bergantung pada AS. Saudi telah berhasil melakukannya. Saudi mengulurkan tangan ke China, Rusia. Saudi mencoba membangun hubungan dengan Turki, dengan Iran. Di sisi lain, AS mendekati Saudi dengan membantunya memperoleh peran penting. AS mendorong semua negara untuk datang dan mengirim penasihat keamanan nasionalnya,” tukasnya.
Para pejabat Saudi melihat pembicaraan itu sebagai puncak keberhasilan negara itu dalam mengadopsi kebijakan hubungan yang kuat dengan Ukraina, China, dan Rusia.
Your browser doesn’t support HTML5
Joost Hiltermann, Direktur Program Timur Tengah di International Crisis Group, mengatakan kepada kantor berita Agence France-Presse, bahwa Arab Saudi “ingin bersama India atau Brasil, karena hanya sebagai klub negara-negara berkekuatan menengah ini dapat berharap bisa memberikan dampak pada pentas dunia.”
Namun, Hiltermann menambahkan bahwa “masih merupakan pertanyaan besar apakah Arab Saudi dan negara-negara itu akan dapat menyepakati semua hal, seperti perang Ukraina.”
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengakui ada perbedaan di antara para peserta dan mendesak pemulihan tatanan internasional berbasis aturan.
Seorang pejabat Eropa mengatakan kepada Reuters bahwa pembicaraan itu positif dan “kesepakatan yang menghormati integritas teritorial dan kedaulatan Ukraina sedianya menjadi inti dari setiap penyelesaian damai.” [lt/em]