Pejabat-pejabat China dan Taiwan melangsungkan pembicaraan pertama mereka dalam 65 tahun hari Selasa, membuka babak baru dalam hubungan yang selama ini kadang-kadang tegang.
Dalam pertemuan itu, keduanya menyatakan keinginan untuk mendirikan kantor perwakilan di negara satu sama lain sesegera mungkin, tapi menghindari topik-topik politik yang sensitif.
Bagi pejabat-pejabat Taiwan dan China, prestasi terbesar mereka adalah bahwa pembicaraan itu telah dilakukan. Wang Yu-chi, kepala Dewan Taiwan Urusan China Daratan, dan Zhang Zhijun, kepala China untuk Kantor Urusan Taiwan, menyatakan ketakjuban bahwa mereka mampu menyiapkan pertemuan itu dalam waktu empat bulan.
Mereka juga berbicara tentang pertemuan singkat di sela-sela Konferensi Ekonomi Asia Pasifik Oktober lalu di Indonesia dan setuju untuk melakukan pertemuan secara rutin.
Zhang Zhijun dari China mengatakan hubungan kedua negara membutuhkan pendekatan baru.
“Dulu adalah mustahil untuk membayangkan bahwa kita bisa duduk di sini dan bertemu" hari ini, kata Zhang. "Kita harus memiliki imajinasi jika ingin menyelesaikan masalah-masalah tertentu, bukan hanya pertemuan seperti ini. Kita juga harus memiliki imajinasi yang lebih besar untuk membangun masa depan lintas-selat.”
Taiwan dan China resminya tidak mengakui satu sama lain. Keduanya berpisah setelah berakhirnya perang saudara tahun 1949, ketika pihak Nasionalis mengungsi ke pulau Taiwan setelah dikalahkan pihak Komunis yang dipimpin Mao Zedong.
China telah lama mengklaim Taiwan, yang memiliki pemerintahan sendiri, sebagai bagian dari wilayahnya, dan menemukan cara mengatasi perbedaan politik – termasuk bagaimana akan menyebut status satu sama lain jika bertemu - sejak lama menjadi isu pelik.
Berbicara kepada wartawan seusai pembicaraan itu, Wang
Yu-chi dari Taiwan mengatakan kedua pihak yang bersaing di Asia sempat berbicara secara blak-blakan.
Pertemuan ini merupakan perkembangan positif bagi hubungan lintas-selat dan tonggak utama dalam memajukan hubungan," kata Wang. "Duduk satu meja dan membahas kenyataan yang ada mengenai hubungan kedua negara bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan.
Untuk saat ini, belum jelas seberapa jauh pertemuan hari Selasa itu akan mempengaruhi hubungan mereka. Kedua pihak menolak menjawab pertanyaan tentang apakah Presiden Taiwan Ma Ying-jeou akan bertemu dengan pemimpin China Xi Jinping selama berlangsungnya KTT APEC di Beijing akhir tahun ini.
Bagi pejabat-pejabat Taiwan dan China, prestasi terbesar mereka adalah bahwa pembicaraan itu telah dilakukan. Wang Yu-chi, kepala Dewan Taiwan Urusan China Daratan, dan Zhang Zhijun, kepala China untuk Kantor Urusan Taiwan, menyatakan ketakjuban bahwa mereka mampu menyiapkan pertemuan itu dalam waktu empat bulan.
Mereka juga berbicara tentang pertemuan singkat di sela-sela Konferensi Ekonomi Asia Pasifik Oktober lalu di Indonesia dan setuju untuk melakukan pertemuan secara rutin.
Zhang Zhijun dari China mengatakan hubungan kedua negara membutuhkan pendekatan baru.
“Dulu adalah mustahil untuk membayangkan bahwa kita bisa duduk di sini dan bertemu" hari ini, kata Zhang. "Kita harus memiliki imajinasi jika ingin menyelesaikan masalah-masalah tertentu, bukan hanya pertemuan seperti ini. Kita juga harus memiliki imajinasi yang lebih besar untuk membangun masa depan lintas-selat.”
Taiwan dan China resminya tidak mengakui satu sama lain. Keduanya berpisah setelah berakhirnya perang saudara tahun 1949, ketika pihak Nasionalis mengungsi ke pulau Taiwan setelah dikalahkan pihak Komunis yang dipimpin Mao Zedong.
China telah lama mengklaim Taiwan, yang memiliki pemerintahan sendiri, sebagai bagian dari wilayahnya, dan menemukan cara mengatasi perbedaan politik – termasuk bagaimana akan menyebut status satu sama lain jika bertemu - sejak lama menjadi isu pelik.
Berbicara kepada wartawan seusai pembicaraan itu, Wang
Yu-chi dari Taiwan mengatakan kedua pihak yang bersaing di Asia sempat berbicara secara blak-blakan.
Pertemuan ini merupakan perkembangan positif bagi hubungan lintas-selat dan tonggak utama dalam memajukan hubungan," kata Wang. "Duduk satu meja dan membahas kenyataan yang ada mengenai hubungan kedua negara bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan.
Untuk saat ini, belum jelas seberapa jauh pertemuan hari Selasa itu akan mempengaruhi hubungan mereka. Kedua pihak menolak menjawab pertanyaan tentang apakah Presiden Taiwan Ma Ying-jeou akan bertemu dengan pemimpin China Xi Jinping selama berlangsungnya KTT APEC di Beijing akhir tahun ini.