Pertumbuhan ekonomi di Tanah Air mengalami percepatan pada kuartal pertama 2024 dengan dukungan belanja pemilu dan liburan keagamaan. Data resmi menunjukkan hal itu pada Senin (6/5).
Menyandang predikat negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, ekonomi Indonesia tumbuh 5,11 persen, menurut Badan Pusat Statistik. Pencapaian ini merupakan yang tertinggi selama tiga kuartal terakhir dan sedikit lebih tinggi daripada pertumbuhan 5,04 persen pada periode yang sama tahun lalu.
Kondisi ekonomi ini ditopang oleh belanja pemerintah menjelang pemilihan presiden pada Februari, selain oleh belanja rumah tangga dalam persiapan untuk Ramadan dan Idulfitri yang jatuh pada April. Data ini dipaparkan penjabat Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti.
“Konsumsi rumah tangga masih menjadi sumber terbesar pertumbuhan dalam hal pengeluaran,” kata dia dalam sebuah konferensi pers.
Perkiraan pemerintah telah memproyeksikan pertumbuhan 5,17 persen, tetapi para ahli memperingatkan bahwa data dari pemerintah pusat ini mungkin tidak dapat diandalkan untuk menilai kinerja ekonomi.
“Kami tidak memiliki kepercayaan cukup terhadap data resmi. The Indonesia Activity Tracker menunjukkan bahwa meskipun ekonomi telah pulih dalam beberapa bulan terakhir, pertumbuhan masih berada di bawah apa yang diperlihatkan dari angka-angka resmi,” kata Gareth Leather, ekonom senior Asia di Capital Economics.
“Kami memperkirakan, perekonomian akan mengalami kesulitan dalam kuartal-kuartal mendatang karena tingginya suku bunga, membebani permintaan. Kami memperkirakan pertumbuhan PDB dalam perhitungan kami pada kisaran 4,5 persen tahun ini,” tambah dia.
BACA JUGA: Rasio Utang Tahun Pertama Pemerintahan Prabowo-Gibran Ditargetkan Naik Hingga 40 PersenPara ekonom sebelumnya telah memperingatkan pelambatan pertumbuhan dalam beberapa bulan ke depan seiring pengetatan kebijakan ekonomi oleh para pejabat dan permintaan komoditas yang terus melemah.
Bank Indonesia bulan lalu mengumumkan kenaikan suku bunga yang mengejutkan, ke angka 6,25 persen, yang merupakan angka tertinggi dalam hampir delapan tahun terakhir, untuk mendukung nilai tukar rupiah, yang telah melemah terhadap dolar. [ns/uh]