Perundingan damai antara Amerika dan Taliban di Afghanistan tampaknya terus maju untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung lebih dari 17 tahun itu.
Namun, prospek perdamaian itu juga membuat cemas banyak pejabat Afghanistan. Mereka khawatir negara itu akan kembali berada dalam kekacauan, seperti ketika Uni Soviet menarik pasukannya dalam akhir tahun1980-an.
BACA JUGA: Para Analis Lihat Banyak Hambatan untuk Perdamaian di AfghanistanPejabat pemerintah Qatar, di mana perundingan damai itu diadakan mengatakan, sebuah rancangan perjanjian telah dicapai antara Amerika dan Taliban, yang mengatakan bahwa pasukan Amerika akan ditarik dari Afghanistan dalam waktu 18 bulan, dan Taliban berjanji tidak akan membiarkan negara itu kembali menjadi pangkalan teroris.
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani kemarin menyambut usaha perdamaian itu, tapi berkeras bahwa rincian perjanjiannya harus dirundingkan dengan baik.
“Kami ingat akan apa yang terjadi dengan pemerintahan Najibullah. PBB berjanji bahwa perdamaian akan terjadi setelah ia meninggalkan jabatan, tapi apa yang terjadi adalah bencana besar,” kata Ghani dalam pidatonya ke seluruh negara setelah keluarnya laporan tentang rencana perdamaian Amerika dan Taliban itu.
Seorang pejabat Afghanistan yang tidak mau disebut namanya mengatakan, pemerintahnya cemas melihat cepatnya perundingan berlangsung yang akan disusul dengan penarikan pasukan Amerika.
“Kami prihatin bahwa utusan khusus Amerika (Zalmay) Khalilzad akan mengambil jalan pintas dan "mengontrakkan" keamanan kami kepada Pakistan,” katanya kepada VOA. (ii)