Para juru runding dari Iran dan lima negara berpengaruh di dunia melanjutkan negosiasi pada Senin (27/12) untuk memulihkan perjanjian nuklir 2015.
Babak baru perundungan di Wina, yang ke-delapan, dibuka 10 hari setelah perundingan ditangguhkan karena juru runding Iran harus pulang untuk berkonsultasi. Babak sebelumnya, yang pertama setelah vakum lebih dari lima bulan karena kemunculan pemerintahan garis keras baru di Iran, ditandai dengan ketegangan terkait tuntutan baru Iran.BACA JUGA: Iran Bersikeras Ingin Bisa Ekspor Minyak MentahPerjanjian penting Teheran dengan negara-negara kuat dunia -- Inggris, Prancis, Jerman, AS, Rusia dan China -- mengharuskan Iran menghentikan program nuklirnya dengan imbalan keringanan sanksi-sanksi.
Namun pada 2018, Presiden Donald Trump menarik AS keluar dari perjanjian itu dan memberlakukan sanksi-sanksi menyeluruh terhadap Iran, termasuk terhadap sektor minyak -- tulang punggung perekonomiannya. Ekspor minyak mentah Iran merosot dan perusahaann-perusahaan minyak internasional menghapus perjanjian dengan Teheran, sehingga memperlemah ekonominya. Pihak-pihak lain dalam perjanjian itu kesulitan mempertahankan perjanjian itu. AS berpartisipasi secara tidak langsung tahun ini untuk memulihkan perjanjian itu. Presiden Joe Biden telah mengisyaratkan bahwa ia ingin AS bergabung lagi dalam perjanjian itu. [vm/jm]