Kepala perusahaan energi swasta terbesar Ukraina, DTEK, mengatakan pada Sabtu (30/3) bahwa lima dari enam pembangkit listriknya rusak atau hancur. Sebanyak 80 persen kapasitas pembangkitnya hilang setelah dua minggu serangan Rusia. Perbaikan pembangkit tersebut diperkirakan akan memakan waktu hingga 18 bulan.
Serangan rudal dan pesawat nirawak atau drone Rusia menghantam pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di Ukraina tengah dan barat pada Jumat malam.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, dalam pidatonya pada Sabtu malam, mengatakan Rusia melakukan “serangan keji” yang dirancang untuk menyebabkan “pendarahan” energi Ukraina.
“Amerika, Eropa, mitra kami yang lain, semua orang tahu apa yang kami butuhkan,” ujarnya. “Semua orang tahu betapa pentingnya saat ini untuk membantu kita melindungi diri dari serangan ini.”
BACA JUGA: Ukraina: Serangan Rusia Ancam Keamanan EnergiDTEK, yang memenuhi sekitar 25 persen kebutuhan energi Ukraina, berulang kali menjadi sasaran empuk serangan rudal, drone, dan artileri Rusia selama lebih dari dua tahun perang.
Direktur Eksekutif DTEK, Dmytro Sakharuk, dalam pidatonya yang disiarkan di televisi nasional menyatakan bahwa serangan pada 22 dan 29 Maret menghantam produksi energi dari PLTU dan PLTA "di hampir semua wilayah.” Serangan tersebut juga menyebabkan kerusakan parah pada fasilitas distribusi.
“Lebih spesifiknya, lima dari enam stasiun kami rusak berat, ada unit yang hancur, ada pula yang rusak 50 persen atau lebih,” ujarnya.
“Hal ini berlaku baik di wilayah barat maupun wilayah tengah, dan peralatan yang diperlukan untuk produksi listrik dan transmisi dari stasiun ke jaringan listrik rusak,” katanya.
BACA JUGA: Rusia Lancarkan Serangan Udara Terbesar Terhadap Infrastruktur Energi UkrainaDTEK menderita kerugian sebesar $300 juta untuk peralatan saja, katanya, sementara biaya tenaga kerja akan membutuhkan setengah dari kerugian tersebut. “Kami telah menetapkan bahwa 80 persen dari kapasitas pembangkit yang tersedia saat ini tidak berfungsi,” tambahnya.
Seorang pejabat senior di perusahaan pembangkit listrik Centrenergo mengatakan 10 unit PLTU Zmiivska di wilayah timur laut Kharkiv juga luluh lantak dalam serangan 22 Maret.
DTEK menghabiskan $110 juta untuk memulihkan 10 blok yang terkena serangan Rusia pada tahun lalu, kata Sakharuk, dan dua pertiga dari blok tersebut kini dihancurkan lagi.
Perbaikannya memerlukan waktu berbulan-bulan, katanya, dan dalam beberapa kasus memerlukan waktu satu setengah tahun.
“Membutuhkan waktu untuk membuat turbin, generator, atau trafo, jadi Anda perlu bersiap menghadapi kenyataan bahwa listrik akan kembali normal secara bertahap,” katanya. [ah/ft]