Perwakilan Pendeta Papua Temui Gubernur Jawa Timur

  • Petrus Riski

Para pendeta Papua bergandengan tangan bersama Gubernur dan Kapolda Jawa Timur, sepakat mendorong penyelesaian damai persoalan yang dipicu ucapan rasial dan kekerasan terhadap mahasiswa Papua. (Foto: VOA/Petrus)

Tujuh pendeta utusan Persekutuan Gereja-gereja Papua, menemui Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, di Gedung Negara Grahadi, di Surabaya, Senin (26/8). Mereka mendukung langkah bersama untuk menyelesaikan persoalan yang menyangkut mahasiswa Papua dan sejumlah ormas secara baik, serta berharap kekerasan serta ungkapan rasial tidak lagi terjadi pada siapa saja.

Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja se-Kota Jayapura, Pendeta Yan Pieth Wambrauw bersama perwakilan dan utusan Persekutuan Gereja-gereja Papua menemui Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, untuk membahas langkah-langkah mewujudkan kembali kehidupan berbangsa dan bermasyarakat yang damai dan penuh rasa persatuan.

Your browser doesn’t support HTML5

Perwakilan Pendeta Papua Temui Gubernur Jawa Timur

Yan Pieth Wambrauw menegaskan semua pihak di Papua dan Papua Barat, serta seluruh lapisan masyarakat, menginginkan agar ungkapan rasial dan tindakan kekerasan tidak lagi terjadi.

“Kami sudah berdoa kiranya semuanya baik, dan anak-anak kami bisa menjadi bagian dari Provinsi Jawa Timur. Jadi, Ibu Gubernur, mohon libatkan mereka dalam apapun, biar mereka tidak merasa sendiri tapi mereka bisa menjadi bagian dari masyarakat, dan kita tidak mau lagi ada ungkapan-ungkapan yang tidak sesuai sebagai manusia, dan juga sebagai anak-anak bangsa. Tidak boleh ada ungkapan yang mendiskriminasi atau rasis karena kita semua adalah keluarga,” jelas Pendeta Yan Pieth Wambrauw.

Gubernur Jawa Timur bersama pendeta-pendeta utusan Persekutuan Gereja-gereja Papua, berdialog mengenai masalah yang berkembang akhir-akhir ini di Gedung Negara Grahadi di Surabaya (Foto:VOA/ Petrus Riski).

Pertemuan dengan Gubernur Jawa Timur ini kata Yan, juga ditujukan agar para mahasiswa asal Papua dan Papua Barat yang sedang belajar di Jawa Timur mendapat jaminan perlindungan, karena memiliki Khofifah yang sudah menjadi mama Papua. Yan juga meminta aparat penegak hukum di Jawa Timur, memproses dengan baik dan adil pelaku pelanggaran hukum.

“Kami juga berharap bahwa pihak aparat memproses hal ini karena ada menyangkut masalah hukum, seperti ada tindakan-tindakan yang sedang dalam proses, dan itu wilayah, ranah hukum dan bidang Kepolisian yang mengatur itu. Tapi kami sangat berharap dan percaya pasti urusan itu akan selesai dengan baik, sehingga tidak ada pihak manapun yang dirugikan,” jelas Pendeta Yan Pieth Wambrauw.

Hingga saat ini, polisi telah memeriksa lebih dari 100 orang saksi dari mahasiswa di asrama dan dari masyarakat setempat serta anggota ormas. Para mahasiswa yang diperiksa menyatakan tidak tahu mengenai pengrusakan bendera.

Kapolda Jawa Timur, Inspektur Jenderal Polisi Luki Hermawan mengatakan, penyelidikan yang dilakukan telah menemukan dua saksi inti yang melihat langsung pengrusakan bendera merah putih, serta masih mendalami kasus terkait ujaran kebencian dan rasisme.

BACA JUGA: Pemerintah Imbau Selesaikan Masalah Papua, KontraS Desak Penegakan Hukum

“Di luar mahasiswa 42 orang ini (yang diperiksa), ada dua saksi inti yang melihat pengrusakan, cuma masalahnya ini pada saat pas Jumatan, jadi mereka hanya melihat ada orang masuk, mencabut, mematahkan, dibuang. Dia tidak mengenal itu siapa orangnya. Nah ini kami masih mendalami untuk kasus benderanya. Sedangkan untuk kasus yang berikutnya yaitu kami tangani di Polda, itu terkait masalah ujaran kebencian, masalah rasis, hari Sabtu kami sudah memeriksa saksi sembilanorang, dari ormas, dari beberapa petugas kecamatan dan masyarakat setempat. Hari ini ada tujuh orang, sedang diperiksa hari ini,” jelas Irjen Pol Luki Hermawan.

Ketua III Badan Musyawarah Antar Gereja (Bamag) Jawa Timur, Pendeta Hanny Prayogo mengatakan, pertemuan dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur dapat membuka kesempatan dialog secara lebih terbuka dengan mahasiswa Papua di Jawa Timur.

“Kami ingin melakukan pelayanan pastoral, harapan kami dengan para hamba-hamba Tuhan, pendeta ini, bisa nanti ketemu sama mahasiswa, kami mendoakan mereka, kami memberikan kekuatan atau mungkin mendengar dari mereka. Harapan kami akhirnya masalah kami boleh terselesaikan dengan hati yang terbuka, dengan penuh kasih, untuk mereka mau membuka hatinya dan mengampuni, yang intinya adalah masalah ini selesai, tidak berkembang kepada hal-hal yang kita tidak inginkan,” kata Pendeta Hanny Prayogo.

BACA JUGA: Dialog Jakarta-Papua Harus Segera Dilakukan

Sementara itu, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa menilai kehadiran dan dukungan pemimpin agama di Papua sebagai bagian dari upaya menguatkan persatuan dan persaudaraan antar anak bangsa, sehingga semua anak Papua di Jawa Timur merupakan satu keluarga dengan masyarakat Jawa Timur.

“Kami berharap bahwa pemimpin agama akan menjadi bagian dari perekat penguatan kebersamaan kami, dan kami bersyukur berterima kasih bahwa para pendeta dari Jayapura, dari Manokwari dan Sorong, kemudian berkenan hadir di sini,” kata Khofifah Indar Parawansa. [pr/ab]