Pesawat Kargo Boeing 747 Lakukan Pendaratan Darurat di Miami

Karyawan Boeing dan media menghadiri pengiriman jet 747 terakhir di pabrik Boeing di Everett, Washington, AS 31 Januari 2023. (Foto: REUTERS/David Ryder)

Sebuah pesawat kargo Boeing 747 milik maskapai Atlas Air terpaksa melakukan pendaratan darurat di Bandara Internasional Miami setelah mengalami masalah mesin sesaat setelah lepas landas, demikian disampaikan maskapai tersebut. Insiden itu memicu dilakukannya penyelidikan lebih lanjut terhadap raksasa penerbangan tersebut.

Pesawat bertujuan ke Puerto Rico itu, berhasil mendarat dengan aman pada Kamis (18/1) malam "setelah mengalami gangguan mesin sesaat setelah keberangkatan," kata juru bicara Atlas Air kepada AFP dalam sebuah pernyataan. Tidak ada laporan cedera.

"Awak pesawat mengikuti semua prosedur standar dan dengan aman kembali ke MIA," kata juru bicara tersebut, menambahkan bahwa maskapai akan menyelidiki penyebab insiden tersebut.

Inspeksi pasca-penerbangan mengungkapkan lubang seukuran bola softball di atas mesin kedua, kata Administrasi Penerbangan Federal (Federal Aviation Administration/FAA) dalam pemberitahuan.

BACA JUGA: Pesawat Boeing 737-800 Maskapai ANA Putar Balik karena Kaca Kokpit Retak

Badan Keselamatan Transportasi Nasional (National Transportation Safety Board/NTSB) mengatakan kepada AFP bahwa mereka membuka penyelidikan terhadap kasus itu.

Boeing mengatakan dalam pernyataan terpisah bahwa mereka mendukung pelanggan mereka dan akan membantu penyelidikan NTSB.

Pesawat ini menggunakan empat mesin buatan GE Aerospace, yang juga memberikan bantuan teknis selama penyelidikan berlangsung.

Atlas Air, yang memulai operasinya pada 1992, mengatakan di situs webnya bahwa mereka mengoperasikan armada pesawat pengangkut kargo Boeing 747 terbesar di dunia.

Sebuah pesawat Alaska Airlines Boeing 737 Max 9 dengan penutup pintu menunggu pemeriksaan di hanggar maskapai di Bandara Internasional Seattle-Tacoma, Rabu, 10 Januari 2024. (Foto: AP)

Raksasa penerbangan AS, Boeing, sedang dalam pengawasan global intensif terkait pesawat jet 737 MAX 9-nya, menyusul insiden di pesawat Alaska Airlines pada bulan ini ketika sebuah panel terlepas saat tengah penerbangan dan memaksa pesawat itu melakukan pendararatan darurat.

Tidak ada korban jiwa atau cedera serius dalam kasus tersebut. Namun regulator AS melarang terbang 171 pesawat MAX 9 yang memiliki konfigurasi yang sama dengan jet yang terlibat dalam insiden tersebut.

Insiden tersebut adalah masalah keselamatan penerbangan besar pertama yang terjadi pada pesawat Boeing sejak dua kecelakaan fatal yang menimpa 737 MAX, pada 2018 dan 2019. Peristiwa tersebut menyebabkan pesawat tersebut dilarang terbang selama hampir dua tahun.

Beberapa insiden yang melibatkan pesawat Boeing menjadi perhatian. Maskapai All Nippon Airways dilaporkan harus kembali pada Sabtu setelah ditemukan retakan di jendela kokpit Boeing 737-800.

BACA JUGA: Badan Penerbangan AS Resmi Selidiki Boeing 737 Max 9 pasca Insiden Copotnya Panel

Pada Rabu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken terpaksa menunda kepulangannya dari Swiss karena apa yang oleh seorang pejabat AS disebut sebagai "kegagalan kritis" pada pesawatnya, yang juga merupakan Boeing.

Sebuah pesawat terpisah dikirim untuk menjemput Blinken, dan para pembantunya kembali ke Washington dengan penerbangan komersial.

Meskipun regulator keselamatan udara AS telah menyelesaikan inspeksi terhadap 40 pesawat 737 MAX yang dilarang terbang, mereka belum menentukan kapan pesawat tersebut akan diizinkan untuk kembali beroperasi.

Penanggung Jawab Penyelidik NTSB John Lovell memeriksa area sumbat badan pesawat Alaska Airlines Penerbangan 1282 pada Minggu, 7 Januari 2024. (Foto: via AP)

Izinkan Boeing 737 Max 9 Kembali Terbang

Sementara itu, Indonesia telah mengizinkan tiga pesawat Boeing 737 MAX 9 untuk terbang lagi setelah sebelumnya dilarang terbang. Izin tersebut diberikan karena konfigurasi ketiga pesawat itu berbeda dari jet milik Alaska Airlines yang terpaksa melakukan pendaratan darurat di AS pada 5 Januari. Kementerian Perhubungan mengatakan pada Kamis (18/1).

Setelah menghentikan tiga pesawat yang dioperasikan oleh Lion Air pada 6 Januari dan kemudian memeriksanya, Kementerian Perhubungan mengatakan pihaknya telah mengizinkan pesawat tersebut terbang lagi sejak 11 Januari.

Lion Air mengatakan dalam pernyataannya bahwa pesawat tersebut memiliki konfigurasi yang berbeda dengan pesawat Alaska Airlines.

Kementerian Perhubungan mengatakan pesawat Lion Air memiliki "pintu keluar darurat di tengah kabin tipe II" sedangkan pesawat Alaska Airlines memiliki "pintu keluar di tengah kabin". [ah/ft]