Petani India Tolak Tawaran Pemerintah

Para petani yang melakukan protes berdiri di balik asap yang diakibatkan gas air mata di dekat perbatasan Shambhu yang memisahkan negara bagian Punjab utara dan Haryana, hampir 200 km dari New Delhi, India, 14 Februari 2024. (Foto: AP)

Petani India yang menggelar kemah di luar ibu kota New Delhi telah menolak sebuah proposal dari pemerintah nasional, untuk sebuah garansi kontrak harga bagi hasil panen mereka.

Pemerintah telah menawarkan kepada para petani, lima tahun kontrak untuk harga yang telah dijamin bagi sejumlah hasil panen seperti kacang-kacangan, biji-bijian kering, jagung dan kapas, yang akan dibayarkan oleh koperasi yang didukung oleh pemerintah.

Tetapi pemimpin aksi demo, Jagjit Singh Dallewal mengumumkan penolakan itu dalam sebuah pernyataan video yang dirilis Senin (19/2) malam, dengan tetap berpegang pada tuntutan mereka, untuk garansi harga bagi semua jenis hasil panen.

Para petani yang berbaris menuju New Delhi mendistribusikan makanan di dekat perbatasan Punjab-Haryana di Shambhu, India, Selasa, 13 Februari 2024. (Foto: AP)

Para petani mengatakan mereka akan melanjutkan perjalanan ke New Delhi pada Rabu.

Perjalanan para petani dimulai pekan lalu, dipelopori oleh para petani dari negara bagian-negara bagian di wilayah utara, yaitu Punjab dan Haryana, yang dikenal sebagai “keranjang roti” India. Para pendemo mengatakan, pemerintah telah gagal memenuhi janji-janji yang dibuat setelah mereka membatalkan protes sepanjang tahun 2021 lalu.

Polisi menembakkan tabung gas air mata ke ratusan petani ketika mereka berjalan menuju ke New Delhi, yang menghentikan perjalanan sekitar 200 kilometer di luar ibu kota. Otoritas juga mematikan layanan telepon seluler di sejumlah lokasi protes dan memblokir akun-akun media sosial.

BACA JUGA: India Perketat Keamanan Terkait Demo Petani

Sebagai tambahan bagi harga yang diberi garansi, para petani juga menuntut pemerintah memenuhi janji yang sudah mereka buat untuk menggandakan pendapatan petani, memberikan pensiun kepada petani dan pekerja peternakan serta membebaskan pinjaman yang sudah diambil para petani.

Para petani mengatakan, pertanian sudah tidak lagi menjadi mata pencaharian yang layak karena harga-harga hasil panen tidak naik seiring dengan peningkatan biaya-biaya seperti pupuk, bahan bakar disel dan benih. Mereka juga mengatakan, hasil panen menjadi semakin tidak pasti karena kejadian cuaca ekstrim yang lebih sering terjadi. [ns/lt]